Tabayyun, dan Sebab Tidak Adanya Tabayyun - Tabayyun sendiri merupakan sifat kehati-hatian dalam menerima berbagai hal yang keterkaitannya dengan sebuah berita atau informasi yang telah kita terima sebelumnya. Dengan adanya tabayyun kita bisa memilah dan memilih mana berita yang benar dan mana berita yang salah. Tujuan tabayyun sendiri untuk menghindari fitnah yang bisa merugikan orang lain dan juga bisa merigakan diri kita sendiri. Kenapa harus bertabayyun? Sebab tidak adanya Tabayyun dalam diri kita?
Harus diketahui bahwa Allah swt
sangat membenci fitnah, apalagi fitnah itu datangnya dari kaum muslimin itu
sendiri. Sehingga kita diharuskan untuk bertabayyun. Sebab tidak adanya
tabayyun dalam diri kita disebabkan oleh beberapa hal. Namun kali ini akan
diberikan tiga hal yang muncul karena tidak adanya tabayyun dalam diri kita.
Baca Juga :
Pertama, ketika masa anak-anak. Anak
merupakan sebuah kertas putih yang mudah untuk digoreskan berbagai macam
tulisan. Entah baik atau buruk suatu tulisan tersebut akan selalu tercetak dan
melekat di dalam diri seorang anak. Sehingga penanaman sikap tabayyun dalam
diri seorang harus dilakukan sejak dini. Namun tidak hanya lewat penanaman yang
bersifat verbal semata, tetapi harus dilakukan sebuah bentuk sikap yang nyata
dari orang tua agar si anak bisa meniru secara langsung kebiasaan-kebiasaan
dalam bertabayun.
Kedua, mudanya tertipu akan
keindahan kata-kata. Tidak dipungkiri dengan keterbatasan keilmuan kita
menjadikan kita mudah sekali untuk dihasut dan dibawa ke dalam suatu bentuk
keburukan. Padahal jika dicermati secara seksama terkadang kata-kata manis nan
indah sebenarnya hanya sebatas bualan saja yang tidak adanya isinya sama
sekali. Sebenarnya bisa saja kita merasakan hal tersebut jika kita bisa
mencermatinya dengan seksama.
Karena memang orang yang pandai
berbicara atau linguistiknya bagus agan mudah sekali menarik perhatian orang. Meskipun
pada dasarnya hal tersebut buruk dan bisa menimbulkan fitnah. Tetapi dengan
kecerdasan dalam hal berbicara orang tersebut bisa menghasut dan mempengaruhi
orang banyak lewat ucapan atau kata-katanya.
Terakhir, orang lupa akan dampak
buruk. Orang sering kali melupakan hal ini. Orang lebih cenderung senang ketika
mendengarkan keburukan dan keburukan. Lihat saja sekitar kita, ketika
berbincang dengan tetangga, kolega, saudara, teman dan sebagainya. Sudah barang
tentu kita pasti membicarakan orang lain karena jarnag sekali kita membicarakan
diri sndiri atau membicarakan orang yang ada di depan kita (kebiasa orang
indonesia), dan sudah tentu lebih banyak membicarakan keburukan orang lain. Sehingga
jangan sekali lupa akan dampak duruk dari meninggalknya sikap tabayyun agar kita
terhindar dari sikap fitnah yang akan merugikan orang lain.
“Wahai orang-orang yang beriman
jika datang kepada kalian seorang fasiq dengan suatu berita, maka carilah
kejelasan, jangan sampai kalian menimpakan kecelakaan pada suatu kaum dengan
ketidaktahuan sehingga jadilah kalian menyesal dengan apa yang kalian lakukan.”
(QS Al Hujurot 6).
EmoticonEmoticon