Teori-teori tentang keayahan baru
muncul dan berkembang sejak tahun 1970-an, dan hasil berbagai penelitian banyak
mengubah secara drastis konsep dan anggapan tentang keayahan. Anggapan lama
masyarakat ialah seorang ayah sesungguhnya tidak terlalu berperan dalam
kehidupan anak. Dibandingkan dengan itu, ayah memang kelihatan jauh dari anak-anak dalam kehidupan
sehari-hari, lebih dalam masyarakat lampau.
Pandangan macam itu terus berkembang
dan dipertahankan dari waktu ke waktu di dalam masyarakat. Bahkan muncul
teori-teori yang justru memperkuatnya. Dua ahli terkanal yang bisa disebut
memperkuat pandangan lama ini ialah Sigmund Freud, seorang psikoanalis, dan
John Bowlby, seorang ethologis Inggris. Teori dari dua tokoh ini sering menjadi
referensi oemikiran yang menekankan bahwa tokoh ini merupakan sentral dalam
kehidupan anak.
Pikiran Freud yang paling penting
dan masih berpengaruh kuat sampai sekarang ialah teorinya tentang perkembangan
sosial seseorang sangat ditentukan oleh pengalaman pada awal masa kanak-kanak
akan sangat mempengaruhi tingkah laku seseorang di kemudian hari.
Dalam proses kehidupan awal itu,
peran ibu sangat besar. Sejak bayi lahir, ibulah yang menyuui atau menyuapi
makanan ke mulut bayi. Dari kenyataan itu, Freud akhirnya menempatkan tokoj ibu
paling penting dalam perkembangan selanjutnya seorang anak. Bahkan Freud
menilai gejala Oedipus complex sebagai salah satu bukti kedekatan anak dengan
ibunya. Legenda Oedipus mengisahkan anak membunuh anaknya demi cinta pada
ibunya.
Freud berpendapat bahwa hubungan
sang anak dengan ibunya sangat berpengaruh dalam pembentukan pribadi dan
sikap-sikap sosial si sanak di kemudian hari. Di mata freud, peran ayah itu
tidak diperhitungkan. Ayah tidak mempunyai pengaruh bagi perkembangan anak,
Freud menekankan bahwa peran ayah baru muncul pada tahap akhir masa
kanak-kanak. Para pengikut aliran Freud, menyetujui pentingnya peranan tokoh
ibu pada masa bayi dan masa kanak-kanak. Ibulah tokoh utama dalam sosialisai
anak.
Pemikiran Freud ini kemudian menjadi
sorotan beberapa ahli, dan oandagn Freud itu akhirnya juga diggugat, apakah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan kaum ibu ini menjadi alasan menyampingkan
peran tokoh ayah? Beberapa tahun belakangan ini teori Freud cenderung
dipertanyakan.
Kemudian muncul teori-teori baru
yang mencoba meninjau kembali kebenaran Freud. Pada tahun 2940-an dan 1950-an,
Robert Seoars dan John Whiting misalnya mencoba meneliti kembali pemikiran
freud dan kemudian dikaitkan dengan teori belajar modern. Kedua psikologi ini
berpendapat, anak-anak itu dapat memperoleh kepuasan apabila dorongan biologis
dasar seperti lapar dan haus diatasi. Dalam soal ini seorang ibu memang mudah
dilihat berperan penting bagi seorang anak terutama arena selalu menyuapkan
makana kepada anaknya. Sebaliknya seorang ayah biasanya kurang terlibat dalam
memberi makanan. Tetapi tidak bisa begitu saja dapat disimpulkan ayah kurang
berperan dalam perkembangan anak.
Sementara itu muncul tokoh seperti
Bowbly, yang sama seperti Freud, kembali menekankan pentingnya tokoh itu. Bowbly
pada tahun 1940-an mengecam dan mengkritik lembaga-lembaga rumah yatim piatu,
yang dianggapnya sebagai tempat yang tidak menumbuhkan oerilaku sosial dan
emosional pada anak. Terutama karena anak-anak di tempat ini tidak mengalami
suasana keibuan. Pandangan Bowbly ini disambut hangat oleh ahli lain seperti
Spitz dan Margaret Ribble.
Bowbly menganalisis dan mengemukakan
argumentasinya tentang pentingnya keterikatan anatra anak dengan orang tuanya. Tetapi,
pada akhirnya ia menekankan tokoh ibu yang menjadi sentral dalam membimbu=ing
anak ke arah kedewasaan. Bowbly mwngutarakan ikatan emosional yang mendalam
anatara anak dan Ibu, akan membentuk pola respon tertentu bagi anak terhadap
stimulus dari luar.
Meskipun uraian Bwolby dan Freud
tentang perkembangan awal dan proses sosialisai seorang yang berbeda, tetapi
kesimpulan akhir analisis mereka sama yaitu keduanya menganggap tokoh ibu
sangat penting pada masa kanak-kanak seseorang.
EmoticonEmoticon