Ø Konsep Kaya dan Miskin dalam Prespektif studi
Hadis
a. Konsep Kaya dalam Prespektif Studi Hadis
Konsep kaya memang sudah sangat identik dengan
hal yang bersifat dunia entah itu materi atau harta bahkan sampai dengan sebuah
kekuasaan, dan segala hal yang memiliki sifat mewah yang membuat orang lupa
akan diri. Pengertian kaya yang sudah sering kita dengarkan baik secara sengaja
atau tidak sengaja bertolak belakang dengan pendapat Rasulullah SAW tentang
konsep kaya. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa sebuah kekayaan atau kekuasaan
tidak akan bisa menjadikan orang tersebut mendapat predikat kaya.
Rasulullah SAW bersabda:
حدثنا زهير بن حرب وابن نمير قالا حدثنا سفيان
بن عيينة عن أبى الزناد عن الأعرج عن أبى هريرة قال قال رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- « ليس الغنى عن كثرة العرض ولكن الغنى غنى النفس ».
Artinya :
“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta
benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan atau kecukupan (dalam)
jiwa (hati).” (HR. Muslim)
Buka dengan sebuah kekayaan yang sesungguhnya
dengan hanya memiliki banyaknya harta
yang berlimpah, karena sudah kita lihat bersama bahwa banyak orang yang
bergelimpang kekayaan dengan harta yang luar biasa banyak dan kekuasaan yang
orang sangat menghormatinya namun tetap saja tidak merasakan mendapatkan sebuah
kecukupan bahkan cenderung lebih merasa kurang dan kurang. Sehingga tetap
mencari-mencari dan mencari harta tersebut tanpa tahu asalnya haram ataukan
tidak. Maka orang yang seperti inilah orang yang sebenarnya miskin karena sifat
tamak dan rakusnya orang tersebut. Kekayaan yang sesungguhnya yaitu kekayaan
yang berada di dalam hati, dimana orang yang merasakan cukup, qanaah dan selalu
ridho dengan riski yang telah Allah berikan kepadanya baik jumlahnya banyak
atau sedikit dia tidak mengeluhkan hal tersebut.
b. Konsep Miskin dalam Prespektif Studi Hadis
Orang dikatakan
miskin adalah orang yang dihadapkan dengan kefakiran dan ia adlah orang yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya, atau orang yang tidak memiliki harta benda dan hidupnya
selalu merasa kekurangan. Seorang akan dikatakan miskin dikarenakan keadaan dan
situasi menjadikannya sulit untuk bergerak, tau dalam artian orang yang hanya
diam dan dirumah saja sehingga enggan memimta kepada manusia.
Terkait dengan
definisi miskin, dalam riwayat Abu Hurairah ra., Nabi saw, bersabda :
حدثنا
ابن أبي مريم حدثنا محمد بن جعفر قال حدثني شريك ابن أبي نمر أن عطاء بن يسار وعبد
الرحمن بن أبي عمرة الأنصاري قالا سمعنا أبا هريرة رضي الله عنه يقول
: قال النبي صلى الله عليه و سلم ليس المسكين الذي ترده التمرة
والتمرتان ولا اللقمة ولا اللقمتان إنما المسكين الذي يتعفف . واقرؤوا إن شئتم ) .
يعني قوله { لا يسألون الناس إلحافا }
Artinya
:
“Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Ja’far, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Syarik bin Abu
Namir bahwa Atha bin Yasar dan Abdurrahman bin Abu ‘Amrah Al-Anshari keduanya
berkata; Kami mendengar Abu Hurairah r. a berkata; Nabi saw. bersabda: “Orang
yang miskin bukanlah orang yang merasa telah cukup dengan satu atau dua buah
kurma, atau sesuap atau dua suap makanan. Tetapi orang miskin adalah orang yang
tidak meminta-minta dan menunjukan kemiskinannya kepada orang lain. Jika kalian
mau, bacalah firman Allah: “Mereka tidak meminta-minta kepada orang lain.” (H.
R. Al-Bukhari).
Ø Menurut pendapat saya metode untuk meluruskan pemahaman yang keliru
di masyarakat adalah dengan memberi penjelasan kembali, bahwa kondisi miskin
atau kaya seseorang bukanlah patokan kemuliaan seseorang dimata Allah swt akan
tetapi kemuliaan orang kaya dan miskin itu ditentuan oelh iman dan amal
ibadahnya
Jadi orang kaya yang lebih banyak amal ibadahnya yang menggunakan
hartanya di jalan Allah swt tidak sombong, tidak bakhil dan pandai bersyukur
tentunya lebih baik dan lebih mulia dibanding orang miskin yang sedikit
amalnya, uruf nikmat, suka mengeluh dan selalu merasa kekurangan
Begitupun sebaliknya orang miskin yang lebih banyak amalnya, pandai
beramal, pandai bersyukur dan ikhlas menerima kehendak NYA tentu lebih baik
dibanding dengan orang kaya yang sedikit amalnya dan lupa akhirat
Jadi jika amal keduanya sama maka kemuliaan mereka juga sama.
Ø Metodenya antara lain sebagai berikut
1.
Dari
pihak orang miskin sendiri harus berusaha dan bekerja mencari rizqi yang halal
di muka bumi sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki.
2.
Dari
pihak masyarakat yang kuat atau kaya untuk memiliki rasa tanggung jawab untuk
menolong orang lemah dan miskin karena sesungguhnya dalam harta yang dimiliki
orang kaya ada di dalamnya hak orang miskin, hal ini bisa dilakukan dengan cara
zakat, infaq dan shadaqoh
3.
Dari
pihak pemerintah atau ulil amri yang berkuasa untuk memberikan jaminan atau
sumbangan pada masyarakat miskin atau kurang mampu. Misalnya dengan pemberian
jaminan kesehatan, kesejahteraan jaminan pendidikan dan sebagainya.
EmoticonEmoticon