Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia - Meneliti sejarah
bangsa Indonesia tidak akan lepas dari umat islam, baik dari perjuangan melawan
penjajah maupun dalam lapangana pendidikan. Melihat kenyataan betapa bangsa
Indonesia yang mayoritas beragama Islam mencapai keberhasilan dengan berjuang
secara tulus ikhlas mengabdikan diri untuk kepentingan agamanya disamping
mengadakan perlawanan militer
Perlu diketahui bahwa sejarah
pendidikan islam di Indonesia mencakup fakta-fakta atau kejadian –kejadian yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di Indonesia,
baik formal maupun non formal. Yang dikaji melalui pendekatan metode oleh sebab
itu pada setiap disiplin ilmu jelas membutuhkan pendekatan metode yang bisa
memberikan motivasi dan mengaktualisasikan serta memfungsikan semua kemampuan
kejiwaan yang material, naluriah, dengan ditunjang kemampuan jasmaniah,
sehingga benar-benar akan mendapatkan apa yang telah diharapkan.
PEMBAHASAN
A.Masa Penjajahan Belanda
Penaklukan bangsa Barat atas dunia Timur dimulai dengan
jalan perdagangan, kemudian dengan kekuatan militer. Selama zaman penjajahan
Barat itu berjalanlah proses westernisasi Indonesia.
Kedatangan bangsa Barat di satu pihak memang telah
membawa kemajuan teknologi, tetapi kemajuan teknologi tersebut bukan dinikmati
penduduk pribumi, tujuannya hanyalah untuk meningkatkan hasil penjajahannya.
Begitu pula dengan pendidikan, mereka telah memperkenalkan sistem dan
metodologi baru, dan tentu saja lebih efektif, namun semua itu dilakukan sekedar
untuk menghasilkan tenaga-tenaga yang dapat membantu segala kepentingan
penjajah dengan imbalan yang murah sekali dibandingkan dengan jika mereka harus
mendatangkan tenaga dari barat.
Belanda sebagai penjajah benar-benar mengeruk keuntungan
yang sangat besar, dengan memeras tenaga, sumber alam dan sebagainya. Dilain
pihak juga diadakan semacam pembodohan terhadap penduduk pribumi. Selama 3,5
abad belanda menjajah Indonesia, motif yang mereka gunakan adalah westernisasi
dan kristenisasi. Selain motif tersebut, mereka juga menganut pikiran
Machiavelli yang menyatakan, antara lain :
- Agama sangat diperlukan bagi pemerintah penjajah.
- Agama tersebut dipakai untuk menjinakkan dan menaklukkan rakyat.
- Setiap aliran agama yang dianggap palsu oleh pemeluk agama yang
bersangkutan harus dibawa untuk memecah belah dan agar mereka berbuat
untuk mencari bantuan kepada pemerintah.
- Janji dengan rakyat tak perlu ditepati jika merugikan.
- Tujuan dapat menghalalkan segala cara.
Pemerintah Belanda mulai menjajah Indonesia pada 30 Mei
1619, yaitu ketika Jan Pieter Zoon Coen menduduki Jakarta. Namun, rakyat
pribumi tidak tinggal diam. Indonesia mengadakan perlawanan yang dipimpin oleh
Sultan Agung Mataram yang bergelar Sultan Abdurahman Khalifatullah Sayidin
Panotogomo. Pada zaman Sultan islam ini hitungan tahun saka diasimilasikan
dengan tahun hijrah dan berlaku diseluruh negara. Nama hari dan bulan diambil
dari islam. Sedangkan hitungan tahunnya diambil dari Jawa. Hal itu
menggambarkan adanya usaha mempertemukan unsur kebudayaan islam dengan
kebudayaan pribumi dalam hal-hal yang tidak merusak akidah dan ibadah.
Pangeran Diponegoro alias Sultan Abd.Hamid Herutjokro
Amirul Mukminin Sayidin Panotogomo Khalifatullah adalah tokoh politik, militer
dan ulama. Beliau adalah tokoh paling besar pembuat sejarah perang kemerdekaan
di abad ke-19. Corak perjuangannya mencerminkan perpaduan cita-cita islam,
nasionalisme-patriotisme dengan teknik modern menurut zamannya. Perlawanannya ini sempat membuat Belanda kerepotan. Namun, dengan segala
kelicikan dan strategi yang diciptakannya akhirnya Belanda mampu melumpuhkan
Pangeran Diponegoro.
Setelah Belanda dapat mengatasi
pemberontakkan-pemberontakkan dari tokoh-tokoh politik dan agama seperti :
Pangeran Diponegoro, Imam bonjol, Teuku Cik Di Tiro, Pangeran Antasari dll.
Belanda secara politik telah menguasai Indonesia. Raja-raja didaerah masih ada
namun tidak dapat berkuasa penuh. Dengan demikian, maka semua kekuasaan baik
politik maupun ekonomi dan sosial budaya sudah berada ditangan penjajah.
Belanda berkuasa mengatur pendidikan dan kehidupan beragama, sesuia dengan
prinsip-prinsip kolonialisme, westernisasi dan kristenisasi.
Pada masa VOC (Belanda Swasta), yang merupakan
sebuah kongsi (perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia dapat
dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial. Berbeda dengan
kondisi di negeri Belanda sendiri, dimana lembaga pendidikan
dikelola secara bebas oleh organisasi-organisasi keagamaan. Maka selama abad
ke-17 hingga 18 M, bidang pendidikan di Indonesia harus berada dalam pengawasan
dan kontrol ketat VOC. Jadi, sekalipun penyelenggaraan pendidikan tetap
dilakukan oleh kalangan agama (gereja), tetapi mereka adalah berstatus sebagai
pegawai VOC yang memperoleh tanda kepangkatan dan gaji. Dari sini dapat
dipahami, bahwa pendidikan yang ada ketika itu bercorak keagamaan (Kristen
Protestan).
Kebijaksanaan
Belanda dalam mengatur jalannya pendidikan tentu saja dimaksudkan untuk
kepentingan mereka sendiri terutama untuk kepentingan agama kristen. Hal ini
tampak jelas, ketika Van Den Boss menjadi gubernur jendral di Jakarta pada
tahun 1831, ia mengeluarkan kebijakan bahwa sekolah-sekolah gereja dianggap dan
diperlukan sebagai sekolah pemerintah. Sedangkan, Departemen yang mengurus
pendidikan dan keagamaan dijadikan satu, sementara setiap daerah Karesidenan
didirikan satu sekolah agama kristen. Tetapi, pendidikan untuk komunitas
muslim relatif telah mapan melalui lembaga-lembaga yang secara tradisional
telah berkembang dan mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke Indonesia.
VOC tidak ikut campur mengurusi atau mengaturnya. Hal ini menggambarkan, bahwa
pendidikan agama islam dianggap tidak dapat membantu kemajuan pemerintah
Belanda, maka dari itu Belanda terfokus hanya pada agamanya yaitu kristen.
Politik
pemerintah Belanda terhadap rakyat Indonesia yang mayoritas islam didasari oleh
rasa ketakutan, rasa panggilam agamanya dan kolonialismenya, sehingga dengan
begitu mereka terapkan berbagai peraturan dan kebijakan :
- Pada tahun 1882 pemerintah Belanda
membentuk suatu badan khusus yang bertugas untuk mengawasi kehidupan
beragama dan pendidikan islam yang mereka sebut priesterraden.
- Tahun 1925, keluar peraturan yang
lebih ketat terhadap pendidikan agama islam bahwa tidak semua orang boleh
memberikan pelajaran emngaji kecuali telah mendapat rekomendasi dari
pemerintah Belanda.
- Pada tahun 1932, keluar peraturan
berupa kewenangan untuk meberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang
tidak ada izinnya tau memberikan pelajaran yang tidak disukai oleh
pemerintah Belanda.
B. Perkembangan Pendidikan Islam pada
Masa Penjjahan Belanda
1. Pendidikan Islam sebelum tahun 1900
Sebelum
tahun 1900, pendidikan islam dikenal secara perorangan, secara rumah tangga dan
secara surau. Ciri-ciri pendidikan islam pada ma ini adalah :
- Pelajaran diberikan satu demi
satu.
- Pelajaran ilmu sharf didahulukan
dari ilmu nahu.
- Buku pelajaran yang dikarang oleh
ulama indonesia dan diterjemahkan kedalam bahasa daerah setempat.
- Kitab yang digunakan bertuliskan
tangan.
- Pelajaran suatu ilmu hanya
diajarkan dalam satu macam buku.
- Belum
lahir aliran baru dalam islam.
2. Pendidikan Islam pada Masa Peralihan (1900-1908)
Dalam
masa banyak berdiri tempat pendidikan islam terkenal di Sumatra. Dipelopori
oleh Syekh Khatib Minangkabau yag banyak mengajar dan mendidik pemuda di
Mekkah, terutama pemuda dari Indonesia. Ciri- ciri pendidikan islam pada masa
ini adalah :
- Pelajaran untuk dua sampai enam
ilmu dihimpun secara sekaligus.
- Pelajaran ilmu nahwu didahulukan
atau disamakan dengan ilmu sharf.
- Buku pelajaran karangan ulama
islam kuno dalam bahasa arab.
- Buku-buku semua dicetak.
- Suatu ilmu di ajarkan dari
beberapa buku.
- Aliran
baru dalam islam mulai lahir.
3.Pendidikan Islam Sesudah tahun 1909
Isu
nasionalisme tampak merambah kemana-mana, ini berkat tampilnya Budi Utomo pada
tahun 1908 yang menyadarkan bangsa Indonesia bahwa perjuangan mereka yang selam
ini Cuma mengandalkan kekuatan dan kedaerahan tanpa memperhaikan
persatuan,sulit untuk mencapai keberhasilan, karena itu
sejak tahun 1908 timbul semacam kesadran baru dari bangsa
Indonesia untuk memperkuat persatuan. Perubahan
yang terjadi pada masa ini adalah :
- Perubahan sistem pengajaran dari
perorangan menjadi klasikal.
- Pengajaran pengetahuan umum
disamping pengetahuan agama dan arab.
Pada
masa ini islam mulai berkembang pesat. Dan madrasah-madrasah sudah banyak
didirikan diberbagai wilayah.
Pada akhir abad
ke-18, setelah VOC mengalami kebangkrutan, kekuasaan Hindia Belanda akhirnya
diserahkan kepada pemerintah kerajaan Belanda langsung. Pada masa ini,
pendidikan mulai memperoleh perhatian relatif maju dari sebelumnya. Beberapa
prinsip yang oleh pemerintah Belanda diambil sebagai dasar kebijakannya di
bidang pendidikan antara lain: (1) Menjaga jarak atau tidak memihak salah satu
agama tertentu; (2) Memperhatikan keselarasan dengan lingkungan sehingga anak
didik kelak mampu mandiri atau mencari penghidupan guna mendukung kepentingan
kolonial; (3) Sistem pendidikan diatur menurut pembedaan lapisan sosial,
khususnya yang ada di Jawa.; (4) Pendidikan diukur dan diarahkan untuk
melahirkan kelas elit masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung
supremasi politik dan ekonomi pemerintah kolonial.
Maka pada tahun
1901 muncullah apa yang disebut dengan politik ETIS yakni politik balas budi
bangsa Belanda kepada Indonesia. Pencetus politik ini adalah Van Deventer, yang
kemudian politik ini dikenal juga dengan Trilogi Van Deventer. Secara umum isi
dari politik ETIS ini ada tiga macam yaitu, Education (pendidikan), Imigrasi
(perpindahan penduduk) dan Irigasi (pengairan). Yang akan dikupas adalah
mengenai education atau pendidikan.
Secara umum,
sistem pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda sejak diterapkannya
Politik Etis dapat digambarkan sebagai berikut: (1) Pendidikan dasar meliputi
jenis sekolah dengan pengantar Bahasa Belanda (ELS, HCS, HIS), sekolah dengan
pengantar bahasa daerah (IS, VS, VgS), dan sekolah peralihan. (2) Pendidikan
lanjutan yang meliputi pendidikan umum (MULO, HBS, AMS) dan pendidikan kejuruan.
(3) Pendidikan tinggi.
PENUTUP
Dapat diambil
kesimpulan bahwa pendidikan islam pada zaman kolonial belanda tidak mendapat
rintangan. Hal ini ditandai dengan bermunculanya lembaga-lembaga
pendidikan yang semuanya berjalan dengan lancar walaupun terlihat abiturienya
tidak bisa diterima oleh mereka dan yakin kalau kesadaran dari pihak islam
telah timbul untuk tidak bekerja pada belanda yang telah menjadi perintang
kemajuan bangsa. Kenyataan
seperti ini sayang msih berlaku sampai sekarang sehingga orang-orang islam
kurang berperan dalam pemerintahan. Hal ini tentu penyebabnya adalah melemahnya
kekuatan politik islam walaupun islam di indonesia mencapai jumlah yang sangat
banyak.
EmoticonEmoticon