Hellenisme dan Neoplatonisme - Sebelum
lahirnya filsafat islam, baik didunia Timur maupun di dunia Barat telah
terdapat bermacam-macam alam pikiran, di antaranya yang terkenal ialad pikiran
Mesir Kuno, pikiran Sumeria, Babylonia, dan assyuria, pikiran Iran, pikiran
India, pikiran Cina dan pikiran Yunani. Boleh jadi, pikiran-pikiran Iran dan
India sedikit banyak telah memberikan sumbangannya pada pembentukan filsafat
Islam, tetapi yang tampak jelas sekali hubungannya, bahkan menjadi sumber
(bukan sumber utama) bagi filsafat Islam ialah filsafat Yunani.
Istilah
Hellenisme adalah istilah modern yang diambil dari bahasa Yunani kuno,
Hellenzein yang berarti berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani (to
speak or make greek). Orang Hellenis (orang Yunani) adalah sekelompok orang
Indo-Eropa nomadik yang datang menggantikan kelompok masyarakat yang sudah
menetap didekat lautan Aegean.
Satu
aspek menarik dari pengaruh pemikiran Yunani pada fiklsafat islam adalah
Penerapan Noplatonisme sebagai jalan utama dalam berfilsafat secara Yunani.
Dikatakan
bahwa kata Hellenisme dan Neoplatonisme merupakan filsafat Yunani yang keduanya
mempunyai perbedaan didalamnya.
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Hellenisme
Filsafat
Yunani yang sampai kepada dunia Islam tidaklah seperti yang ditinggalkan oleh
orang-orang Yunani sendiri, baik melalui orang-orang Masehi Nestoria dan
Jakobites maupun melalui golongan-golongan lainnya. Akan tetapi, filsafat
sampai kepada mereka melalui pemikiran Hellenisme Romawi yang mempunyai ciri khas dan corak tertentu
yang memengaruhi filsafat itu sendiri. Oleh karena itu, tidak semua
pikiran-pikiran filsafat yang sampai kepada dunia islam berasal dari Yunani,
baik dalam teks-teks aslinya maupun ulasan-ulasannya, melainkan hasil dari dua
fase yang berturut-turut, yaitu :
1.
Fase
Hellenisme
Ialah
fase ketika pemikiran filsafat hanya dimiliki oleh orang-orang Yunani, yaitu
sejak abad ke-6 atau abad ke-5 sebeum Masehi sampai akhir abad ke-4 sebelum
Masehi.
2.
Fase
Hellenisme Romawi
Ialah
fase yang datang setelah fase hellanisme, dan meliputu semua pemikiran filsafat
yang ada pada masa kerajaan Romawi, yang ikut serta membicarakan peninggalan
pikiran Yunani, antara lain pemikiran Romawi di Barat dan pemikiran di Timur yang ada di Mesir dan Siria. Fase ini
dimulai dari akhir abad ke-4 sebelum Masehi sampai pertengahan abad ke-6 Masehi
di Bizantium dan Roma, atau sampai pertengahan abad ke-7 Masehi di Iskandaria,
atau sampai abad ke-8 Masehi di Siria dan Irak, yaitu aliran Urfa, Ar-Ruha,
Nissibis, dan antiochia, atau sampai masa penerjemahan di dunia Arab.
Oleh
karena itu, dalam pikiran filsafat terdapat dua corak yang berbeda atau dua
corak yang bercampur, sesuai dengan perbedaan alam pikiran pada dua masa yang
membicarakannya.
Pada
fase Helenisme-Romawi, meskipun keseluruhan masa Hellenisme-Romawi mempunyai
corak yang sama, apabila mengingat perkembangannya, maka dapat dibagi tiga
masa, dan tiap-tiap masa mempunyai corak tersendiri.
Masa
pertama, dimulai dari empat abad sebelum masehi sampai pertengahan abad pertama
sebelum masehi. Aliran-aliran yang terdapat di dalamnya adalah
a.
Aliran Stoa
(ar-Riwaqiyyah) atau bisa diartikan
sebagai ruang dengan Zeno sebagai pendirinya. Ia mengajarkan agar manusia
jangan sampai bisa digerakkan oleh kegembiraan atau kesedihan (jadi tahan diri
dalam menghadapinya) dan menyerahkan diri tanpa syarat kepada suatu keharusan
yang tidak bisa ditolak dan yang menguasai segala sesuatu.
b. Aliran Epicure, dengan Epicure
sebagai pendirinya. Aliran ini diambil dari nama penbangunan sekolah. Aliran
ini mengajarkan bahwa kebahagiaan manusia merupakan tujuan utama.Aliran
ini harus merintis jalan kearah mencapai kesenangan hidup. Ia membagi filsafat
menjadi tiga bagian, yaitu :
1.
Logika
Adalah sebagai norma
yang menmbangun pengetahuan. Norma dan kriteria adalah segala sesuatu yang
terpandang, karena segala macam pandangan benar, benar pula dalam jiwa orang
yang memandang. Bahkan pandangan orang hilafpun merupakan sebuah kebenaran.
Semua yang terpandang adalah kenyataan lahiriah, benar atau salah dari realitas
adalah hasil pandangan hidup sendiri, sehingga pengertian atas hasil pandangan
merupakan norma dan kriteria kebenaran. Pandangan yang dimaksud adalah
penglihatan atau hasil indrawi.
2.
Fisika
Dari ajaran Fisika,
Epicuros hendak membebaskan manusia dari kepercayaan pada Dewa-dewa. Dengan
ajaran itu dinyatakan bahwa dunia ini bukan dijadikan dan dikuasai oleh
dewa-dewa, melainkan oleh hukum-hukum fisika.
Manusia dalam hidupnya
tidak bahagia karena terganggu oleh tiga hal, takut akan amarah Dewa, takut
akan mati, dan takut akan nasib.
3.
Etika
Ialah ajaran mencari
kesenangan hidup. Kesenangan hidup menurut
Epicorus ialah barang yang paling tinggi nilainya. Mencari kesenangan
itu tidak berarti memiliki kekayaan dunia sebanyak-banyaknya dengan tidak
menghiraukan orang lain. Tindakan seperti itu tidak akan membawa kesenangan
hidup. Kesenangan hidup berarti, kesenangan lahiriyah dan rohaniyah. Yang
paling penting dan yang paling mulia ialah kesenangan jiwa, karena kesenangan
jiwa meliputi masa sekarang, masa lampau, dan masa akan datang.
Tujuan Epicorus ini
tidak lain dari didikan memperkuat jiwa untuk menghadapi segala keadaan dalam
suka dan duka.
c.
Aliran Skeptis
(ragu-ragu) yang meliputi “aliran Phyro” dan “aliran akademi baru”. Aliran
Skeptis mengajarkan bahwa untuk sampai pada kebenarannya, manusia harus percaya
dulu bahwa segala sesuatu itu tidak benar, kecuali sesudah dapat dibuktikan
kebenarannya. Ajaran lain adalah bahwa pengetahuan manusia tidak akan sampai
pada kebenaran, atau dengan perkataan lain mengingkari kebenaran mutlak
(objektif). Phyrrhe juga mengatakan
bahwa pokok ajarannya adalah bagaimana cara agar dapat hidup berbahagia. Hal
ini ia mensinyalir bahwa sebagian besar manusia itu hidupnya tidak bahagia,
sehingga manusia sukar sekali mencapai kebijaksanaan.
d. Aliran
Elektika-Pertama (aliran seleksi).
B.
Sejarah
Neplatonisme
Sebagai
tokohnya Plotinus dan Ammonius Saccas. Kurang lebih lima abad sesudah
Aristoteles meninggal dunia, muncul kembali filsafat Yunani untuk yang terakhir
kalinya. Munculnya kembali pemikiran filsafat Yunani ini bersamaan munculnya
agama kristen (awal abad Masehi).
Aliran
Neoplatonisme merupakan rangkaian terakhir atau rangkaian sebelum dari fase
Hellenisme-Romawi, yaitu fase mengulang yang lama dan bukan fase mencipta yang
baru. Neoplatonisme ini juga masih berkisar pada filsafat Yunani, tasawuf timur
yang meramu dari masa filsafat Yunani serta menggabungkaanya. Oleh karena itu,
di dalamnya terdapat ciri-ciri filsafat Yunani yang kadang-kadang bertentangan
dengan agama-agama langit, yaitu agama Yahudi dan agama Masehi, karena dasar
filsafat tersebut ialah kepercayaan rakyat yang memercayai sumber kekuasaan
yang banyak. Karena sistem pilihan ini pula, di dalam Neoplatonisme terdapat
unsur-unsur platonisme, phythagoras, aristoteles, stao, dan tasawuf timur.
Akan
tetapi dalam Neoplatonisme ada penekanan pada suatu wujud atau sumber utma yang
darinya alan semesta tercipta secara sedemikian rupa sehingga tidak merusak
kesatuan mutlak Sang maha tunggal tersebut (Tuhan). Masalah filosofis ini
menyimak masalah teologis yang muncul dalam konteks islam, yaitu bagaimana kita
bisa mendamaikan keesaan Tuhan dengan keragaman eksistensi tanpa mengorbankan
sifat kesempurnaan dan kemandirianNya.
Jadi,
Neoplatonisme mengandung unsur-unsur filosofikanya manusia, religiusitas dan
keberhalaan.
Pada
waktu itu, kaum muslimin tidak mengetahui bahwa perlawanan merupakan salah satu
ciri pemikiran Neoplatonisme, sebagaimana yang terjadi pada pemikiran filsafat
Yunani sebelumnya. Mereka juga tidak mengetahui bahwa Tuhan yang dikonsepsikan
oleh aliran neoplatonisme itu nganggur dan tidak berpikir, tasawufnya juga
berlebih-lebihan,apalgi filsafatnya tersebut mengandung keberhalaan dengan
bentuk pikiran yang indah dan bukti logika yang menarik.
Ciri
pemikiran filsafat Yunani ialah adanya cara berpikir yang tidak relevan dengan
realitas yang ada atau keberadaan yang benar-benar nyata menurut pemahaman
filosofis bukan eksistensi yang sesungguhnya, karena setiap realitas
menyenbunyikan hakikatnya yang paling hakiki, sebagaimana adanya api yang kemudian
padam. Lalu, orang mencari kemana perginya api. Apakah berubah menjadi benda
lain atau bersembunyi di dalam benda lain sehingga gesekan besi dapat
mengeluarkan api, bahkan gesekan batu dan kayu yang kering? Cara berpikir model
demikian dipandang sebagai ciri filsafat, yang kemudian disebut sebagai “ketidakselarasan” antara logika dan
realitas.
Uberweg dalam bukunya Geschihte der
philosophie mengatakan bahwa aliran Neoplatonisme dimulai dari abad pertama
Masehi dan berakhir pada pertengahan bad ke-4 Masehi, sedang menurut penulis
lainnya berakhir pada pertengahan abad ke-7 Masehi. Menurut Uberweg,
pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad ke-7 Masehi adalah masa aliran
Iskandariyah yang menggantikan aliran Neoplatonisme.
C.
Perbedaan
antara aliran Iskandariyah dan Neoplatonisme
Perbedaan Neoplatonisme dengan aliran
Iskandariyah yang berkembang sejak pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan
abad ke-7, ialah sebagai berikut :
1.
Neoplatonisme
berkisar pada segi metafisika pada filsafat Yunani, yang boleh jadi dalam
beberapa hal berlawanan dengan agama Masehi, sedangkan aliran Iskandariyah
lebih condong kepada matematika serta ilmu alam dan meninggalkan lapangan
metafisika, dan keadaan ini bisa menyebabkan tidak adanya perlawanan dengan
agama Masehi.
2.
Neoplatonisme
lebih banyak mendasarkan pikirannya kepada seleksi dan pemaduan, sedangkan
aliran Iskandariyah lebih banyak mengadakan ulasan-ulasa terhadap pikiran
filsafat.
D.
Fase
aliran Neoplatonisme
Fase pada aliran
Neoplatonisme ada tiga, yaitu
1.
Fase aliran
plotinus dan murudnya, porphyrius
Aliran ini berpangkal
pada keyakinan bahwa segala ini, yang Asal itu, adalah satu dan tidak ada
pertentangan di dalamnya.
2.
Fase Siria dari
Lamblichus
3.
Fase aliran
athena dari Plutarch dan proches.
Pada
akhir masa kuno, Neoplatonisme merupakan aliran intelektual yang dominan di
hampir seluruh wilayah Hellenistik, sehingga seakan-akan Neoplaonisme bersaing
dengan pandangan dunia yang berdasarkan agama Kristen.
Phorphyrius
(232-302 M) murid plotinus menulis suatu karya yang dengan tajam menyerang
agama kristen.
Namun pada tahun
529 M, Kaisar justianus dari Byzantium perlindungan agama Kristen menutup semua
sekolah filsafat Yunani di Athena. Peristiwa itu dianggap segabai akhir masa
Yunani Purba.
KESIMPULAN
Hellenisme dan Neoplatonisme termasuk
filsafat Yunani, yang keduanya sama-sama mempelajari masalah ketuhanan, tetapi
keduanya memiliki perbedaan dalam pemikirannya. Seperti Hellenisme yang
memiliki Objek pemikiran yang ada ( alam, manusi), sedangkan pada Neoplatonisme
memiliki Objek pemikiran yang mungkin ada ( Tuhan).
Hellenisme memusatkan permasalahan pada
cara hidup manusia, sehingga oranga yang dikatakan bijaksana adalah orang yang
mengatur hidupnya menurut budinya. Sedangkan Neoplatonisme memusatkan
permasalahan bahwa asas yang menguasai segala sesuatu adalah satu (Tuhan)
EmoticonEmoticon