Pendidikan sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual, kepribadian, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Dalam mennyelenggarakan pendidikan formal, sebuah lembaga
pendidikan membutuhkan kurikulum. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu
periode jenjang pendidikan.
Kurikulum tidak berkembang begitu saja, namun membutuhkan proses
dan perhatian yang khusus. Banyak pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
mengembangkannya. Sebab kurikulum adalah salah satu syarat berhasilnya suatu
pendidikan. Kurikulum yang baik seharusnya dalam pembuatan dan pengembanganya
memerluan kejelian agar pendidikan juga menjadi baik dan berkembang pula. Tentu
saja ada hal yang mendasari setiap kurikulum. Adapun asas-asas tersebut akan di
uraikan dalam makalah ini.
PEMBAHASAN
A.
ASAS-ASAS
KURIKULUM
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya sangat kompleks karena
banyak faktor yang terlibat di dalamnya.
Tiap kurikulum di dasarkan atas azas-azas tertentu, yaitu :
1.
Asas
filosofis
2.
Asas
sosiologis
3.
Asas
Ilmu pengetahuan dan Teknologi
4.
Asas
psikologis
Asas-asas tersebut cukup kompleks dan mengandung hal-hal yang
saling bertentangan, sehingga harus diadakan pilihan. Setiap pilihan akan
menghasilkan kurikulum yang berbeda-beda walaupun hanya mengenai salah satu
asas.
1.
Asas
Filosofis
Landasan
filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan,
menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai,
hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.
Sekolah
bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Pada hakikatnya
ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita filsafat yang dianut negara, tapi juga
guru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya
akan menimbulkan perbedaan tujuan pendidikan, jadi juga bahan pelajaran yang
disajikan, mungkin juga cara mengajar dan menilainya. Pendidikan i negara
Otokratis akan berbeda dengan negara yang Demokratis. Pendidikan di negara yang
menganut agama budha akan berlainan
dengan pendidikan di negara yang memeluk agama islam atau kristen. Kurikulum
yang dapat tiada hubungan yang erat dengan filsafat bangsa dan negara terutama
dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai
melalui pendidikan formal.[3]
Kurikulum yang dikembangkan harus mampu menjamin terwujudnya tujuan pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.
Oleh
sebab itu, penyusuna kurikulum pada suatu negara bila berdasar asas filsafat
sebaiknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Dengan
demikian sudah tentu Indonesia yang beridiologi pancasila dalam penyusunan
kurikulum harus mengacu pada filsafat pendidikan pancasila. Filsafat ini
dijadikan arah dan dasar, adapun pendidikan sebagai pelaksanaannya. Bila
diistilahkan filsafat sebagai “way of life” dari penyusunan kurikulum yang mana
masing-masing negara mempunyai falsafah yang berbeda-beda.
Dalam
sekolah terdapat falsafah pendidikan yang pada umumnya terdapat empat falsafah
yaitu rekontruksisme, perenialisme, esensialisme, dan progresivisme.
1.
Rekonstruksisme
Bila
berdasar pada filsafat dewey, bahwa Rekonstruksisme itu mengikuti sebuah alur,
yang yakin dan dikemukakakn bahwa adanya sekolah adalah untuk
memperbaiki/perbaikan di masyarakat. Di sini berarti sekolah mempunyai fungsi
yang penting dalam pembentukan masyarakat yang baik.
2.
Perenialisme
Adalah
aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni
kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal. Aliran ini bertujuan
mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui pengetahuan yang “abadi,
universal, dan absolut”. Atau “perennial” yang yang ditemukan dan diciptakan
para pemikir unggul sepanjang masa, yang dihimpun dalam “The Great Book” atau
“Buku Agung”.
Pelajaran
yang diberikan termasuk pelajaran yang sulit karena memerlukan intelegensi
tinggi. Hanya mata pelajaran yang mereka anggap dapat mengembangkan kemampuan
intelektual seperti matematika, fisika, kimia, dan biologi sedangkan pelajaran
yang berkenaan emosi dan jasmani seperti seni rupa, olahraga dikesampingkan.
3.
Esensialisme
Menurut
esensialis, pendidikan mempunyai tujuan dalam menyebarkan budaya. Falsafah ini
bertolak belakang dengan rekonstruksisme. Esensialisme juga mempunyai prinsip
Behavioristik, yang menanamkan dasar-dasar tingkah laku yang selaras dengan
keyakinan filosofis.
4.
Progesivisme
Sikap
progesif, menyatakan bahwa anak harus memahami pengalaman pendidikan”di sini”
dan “ sekarang”, mempunyai filsafat “pendidikan adalah hidup” dan “belajar
denga melakukan”. Para progesif mendorong sekolah agar menyediakan pelajaran
bagi setiap individu yang berbeda, baik dalam mental, fisik, emosi, spiritual,
dan perbedaan sosial.[4]
a)
Pancasila
sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional
Pasal
2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 yang juga
dinamakan “Eka Pancakarsa” menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa
Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
b)
Manfaat
besar filsafat bagi kurikulum, yakni:
1.
Filsafat
pendidikan menentukan arah ke mana anak-anak harus dibimbing. Sekolah ialah
suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi
manusia dan warga negara yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi,
filsafat menentukan tujuan pendidikan.
2.
Dengan
adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang
harus dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk.
3.
Filsafat
juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan
itu.
4.
Filsafat
memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas.
Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak.
5.
Tujuan
pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga mana tujuan
itu telah tercapai.
6.
Tujuan
pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui
apa yang ingin dicapai.
2.
Asas
Sosiologis
Asas
ini berkaitan dengan penyampaian kebudayaan, Proses sosialisasi individu dan
rekontruksi masyarakat. Dalam membina kurikulum, kita sering kali menemui
kesulitan tentang bentuk-bentuk kebudayaan mana yang patut disampaikan serta
kearah mana proses sosialisai tersebut ingin dikontruksi sesuai dengan tuntutan
masyrakat. Masyarakat mempunyai norma-norma, ada kebiasaan yang mau tidak mau
harus dikenal dan diwujudkan anak-anak dalam kelakuannya. Disini juga harus
dijaga keseimbangan antara kepentingan
anak sebagai individu dengan kepentingan anak sebagai anggota
masyarakat, dan ini dapat dicapai apabila dicegah kurikulum yang semata mata
bersifat suciety-centered. Landasan sosial budaya ternyata bukan hanya
semata-mata digunakan dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional,
melainkan juga bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingkat sekolah atau bahkan
tingkat pengajaran.
Tiap
masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang tidak dapat tiada harus
dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya lalu dinyatakan dalam kelakuannya.
Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan
belatar belakang kebudayannya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam
kurikulum. Masyarakat merupakan salah satu
faktor yang penting sebagai asas pengembangan kurikulum namun jangan sampai
terlalu berpusat pada masyarakat karena akan bisa timbul “society confered
curriculum” (kurikulum yang berpusat pada masyarakat). Selain itu yang perlu di
ketahui juga bahwa anak itu berasal dari masyarakat, sudah seharusnya mereka
belajar tentang cara hidup di dalam masyarakat itu. Maka harus adanya kerja
sama yang apik antara sekolah dan masyarakat agar tercipta hubungan timbal
balik yang menguntungkan. Karena program pendidikasn itu tidak terlepas dari
pengaruh dari nilai-nilai, kebutuhan, dan tantangan hidup di dalam masyarakat
tersebut.
Ada
beberapa kekuatan sosial yang mempengarui kurikulum :
1)
Kekuatan
sosial yang resmi, salah satunya meliputi pemerintah suatu negara dengan
undang-undang dasar, dasar negara, falsafah, dan ideologi negara itu.
2)
Kekuatan
sosial setempat
a)
Yayasan
yang bergerak di bidang pendidikan
b)
Kerukunan
atau persatuan keluarga sekolah-sekolah sejenis
3)
Organisasi
profesional
a)
PGRI
b)
Persatuan
Dokter
c)
Ahli
Hukum
4)
Kelompok
atau organisasi yang bergerak berdasarkan kepentingan tertentu Kelompok
ekonomi, patriotik, pendukung cita-cita kemerdekaan
3.
Asas
Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Kebutuhan
pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya
teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah
mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian
pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut
menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya
pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan
iptek tersebut.
Kurikulum
juga harus memperhatikan perkembangan teknologi agar senantiasa sesuai dengan
keadaan yang sedang terjadi. teknologi juga memungkinkan untuk pelaksanaan
pendidikan menjadi lebih efisien. Yang mana tekhnologi bisa berupa media cetak,
elektronik, dan noncetak.
4.
Asas
Psikologis
Kurikulum
merupakan pedoman bagi guru dalam mengantar anak didik sesuai dengan harapan
dan tujuan pendidikan. Secara psikologis anak didik memiliki keunikan dan
perbedaan-perbedaan baik perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang
dimilikinya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dengan alasan itulah,
kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologi perkembangan dan psikologi
belajkar anak.
Dalam
ensiklopedia indonesia asas berarti suatu kebenaran atau pendirian, atau yang
dijadikan pokok suatu keterangan. asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu
pada khal-hal yang bersifat psikologi.
a.
Psikologi
anak
Salah
satu hal sekolah didirikan adalah guna menciptakan kondisi dimana anak dapat
belajar mengembangkan bakat kemampuan sejak awal abad ke-20, anak telah
mendapatkan perhatian menjadi bagian fari asas dalam pengambangan kurikulum.
b.
Psikologi
belajar
Adanya
teori belajar telah mempengaruhi proses belajar mengajar. Yang mana teori
tersebut dijadikan sebagai dasar proses itu. Oleh sebab itu telah kita ketahui
adanya hubungan yang erat kurikulum dan psikologi belajar dan pskologi anak.
Dengan adanya hubungan itu psiologi dijadikan salah satu dasar dari kurikulum.
Selain
itu belajar mempunyai implikasi dalam penyusunan kurikulum sebagai berikut:
1)
Bahwasanya
kurikulum itu pada perencanaaya harus mempunyai sifat yang fleksible (luwes),
serta dapat menyediakan program yan gluas guna p\mengembangkan berbagai
pengalaman belajar.
2)
Latar
belakang siswa serta keseluruhan lingkunganya menjadi salah satu dasar yang
harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum, hal ini agar pengalaman yang
diperoleh anak mempunyai makna dan tujuan.
3)
Pengembangan
kurikulum hendaknya memberikan pengalaman yang serasi kebutuhan penyesuaian
diri dan mengembangkan kepribadian yang terintegrasi.
4)
Kurikulum
disusun dan dilaksanakan dengan memperhatikan kesiapan para siswa, karena hal
ini mempengaruhi proses pedidikan.
5)
Pengembangan
dan pelaksanaan kurikulum hendaknya memungkinkan partisipasi aktif dan tanggung
jawab para siswa, baik secara perorangan maupun kelompok.
6)
Penyusunan
kurikulum hendaknya terdiri dari atas unit-unit yang luas dan menyeluruh, serta
memadukan pola pengalaman yang bermakna dan bertujuan.
7)
Dalam
proses penyusunan dan pelaksanaan kurikulum hendaknya diberikan serangkaian
pengalaman yang melibatkan para guru dan siswa secara bersama, sehingga akan
mendorong keberhasilan belajar para siswa tersebut.
8)
Penyusunan
kurikulum hendaknya disertai dengan kegiatan evaluasi, karena itu merupakan
faktor penting yang mempengaruhi proses dan hasil pendidikan.[9]
Aspek
yang ada pada aspek psikologi yang kompleks namun satu dari definisi manusia
bersifat unitas multi multiplex adalah:
a.
Aspek
ketaqwaan
b.
Aspek
cipta
c.
Aspek
karsa
d.
Aspek
karya (kreatif)
e.
Aspek
karya (keprigelan)
f.
Aspek
kesehatan
g.
Aspek
sosial
h.
Aspek
individu.
B.
APLIKASI
ASAS-ASAS PENGEMBANGAN KURIKULUM
1.
ASAS
FILOSOFIS
Pancasila
sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional
Pasal 2 UU RI
No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan
UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula
bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
2.
ASAS
PSIKOLOGI
Perkembangan
Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman
tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami
peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam
membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien
3.
ASAS
SOSIOLOGI
Masyarakat
indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan
masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan
nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan
semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya
pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan
masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik
melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah
Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah
(penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran).
Pelestarian dan
pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan
sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal
ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan
bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan
4.
Asas
Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan
IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan
salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik,
yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya
pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi
perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir,
baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh
informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.
PENUTUP
Falsafah atau pandangan hidup adalah sistem nilai dan berbagai
borma yang disetujui, baik oleh individu maupun masyarakat suatu bangsa. Dari
falsafah pendidikan , diperoleh gambaran ideal manusia yang dicita-citakan oleh
masyarakat dalam bangsa yang bersangkutan. Berdasarkan falsafah pendidikan,
ditentukan tjuan pendidikan nasional, yang selanjutnya mendasari tujuan
institusional., tujuan kurikulum, dan tujuan intruksional.
Dengan adanya keberagaman masyarakat maka diperlukan sebuah landasan
dalam menjalankan kurikulum pendidikan untuk mencapai tujuan nasioanl yang
diharapkan. Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa asas dalam kurikulum pada
umumnya harus memperhatikan lima asas diatas yaitu :asas filsafat, asas
sosiologi, asas psikologi, asas organisatoris, dan asas IPTEK yang kesemuanya
itu bersifat continue (berkesinambungan). Pada airan filsafat diatas sudah
disebutkan memiliki bermacam-macam aliran diantaranya Idealisme, Realisme,
Perenialisme, Pragmatisme, dan Ekstensialisme.
Falsafah pendidikan bangsa indonesia berdasarkan pada isi pancasila
yang dijelaskan pada Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan
nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No.
II/MPR/1978 yang juga dinamakan “Eka Pancakarsa” menegaskan pula bahwa
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia,
pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
EmoticonEmoticon