Pola Pendidikan di Madrasah Nidzamiyah

        Umumnya madrasah-madrasah  Nizhamiyah itu memiliki satu sistem, satu tujuan dan satu rencana pelajarannya. Oleh karena itu menerangkan madrasah Nizhamiyah Baghdad sudah cukup mewakili dari madrasah-madrasah yang lainnya.

Pola Pendidikan di Madrasah Nidzamiyah



a.    Tujuan Pendidikan
Pendidikan yang dilaksanakan di madrasah Nizhamiyah memiliki beberapa tujuan, yaitu :
a)    Mengkader calon-calon Ulama’ yang menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi pemikiran Syi’ah.
b)   Menyediakan guru-guru Sunni yang cakap untuk mengajarkan mazhab Sunni dan menyebarkannya ke tempat-tempat yang lain.
c)    Membentuk kelompok pekerja Sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintahan, memimpin kantornya, khususnya di bidang peradilan dan manajemen.
Disinyalir bahwa tujuan pendidikan madrasah Nizhamiyah adalah bercampur antara mempersiapkan kader-kader ulama’ Sunni dalam menghadapi Fatimiyah yang Syi’i dan tersedianya personil-personil administrasi yang cakap di bidang kehakiman dan kesekretariatan/administrasi.

b.   Kurikulum dan Metode Pelajaran
Mahmud Yunus mengatakan bahwa kurikulum madrasah Nizhamiyah tidak diketahui dengan jelas, namun melihat bukti-buki yang ada bahwa materi-materi ilmu Syari’ah yang diajarkan, sedangkan ilmu hikmah (filsafat) tidak diajarkan, adapun bukti-bukti tersebut adalah sebagai berikut :
a)    Tidak ada seorang pun di antara  ahli sejarah yang menyatakan bahwa di antara materi pelajaran terdapat ilmu-ilmu umum, mereka hanya menyebutkan, bahwa di antara materi pelajarannya adalah nahwu, ilmu kalam dan fiqih
b)   Guru-guru yang mengajar merupakan ulama’-ulama’syari’ah, seperti Abu IshaqAs-syarozi, Al-Ghozali, Al-Qazwaini, Ibnul Jauzi dan lain-lain.
c)    Pendiri madrasah ini bukanlah orang yang membela ilmu filsafat dan bukan pula orang yang membantu pembebasan filsafat.
d)   Zaman berdirinya madrasah bukanlah zaman filsafat, melainkan zaman menindas filsafat dan orang-orang filosof. Hal ini dikarenakan aliran pemikiran filsafat tidaklah sama dengan pemikiran ahli Sunni. Dalam filsafat bebas berfikir yang memungkinkan bagi orang yang berfikir tidak mempunyai landasan yang kuat tentang keimanan dikhawatirkan akan melenceng dari ajaran-ajaran ahli Sunni. Selain itu madrasah Nizhamiyah itu memiliki satu sistem, satu tujuan, dan satu rencana pembelajaran, yaitu menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi pemikiran Syi’ah.
Dengan demikian nyatalah bahwa madrasah  Nizhamiyah adalah Fakultas agama dan fakultas syariah dan tiada memasukkan ilmu filsafat yang berdasarkan bebas berfikir dan membahas, seperti baitul Hikmah masa dahulu.
Dalam keterangan lain disebutkan bahwa pelajaran di madrasah Nizhamiyah berpusat pada al-Quran (membaca, menghafal, dan menulis), sasttra Arab sejaran Nabi Muhammad SAW. Dan berhitung, dengan menitik beratkan pada mazhab Syafi’i dan sistem teologi Asy’ariyah, Abuddin Nata menjelaskan bahwa Abdul Majid ketika menjelaskan segi-segi negatif Madrasah Nizhamiyah mengatakan bahwa madrasah ini mengkonsentrasikan usahanya pada pengajaran ulum al-syariah dan ushuluddin sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Konsekuensinya, marasah Nizhamiyah mengabaikan ilmu-ilmu terapan yang praktis.
Adapun metode yang diterapkan dalam madrasah Nizhamiyah dengan cara para guru berdiri di depan kelas menyajikan materi-materi kuliyah (ceramah/talqin), sementara para siswa duduk mendengarkan di atas meja-meja kecil yang telah disediakan. Kemudian dilanjutkan dengan dialog atau diskusi (munaqosah) antar guru dan para siswa mengenai materi yag disajikan dalam suasana semangat keilmuan yang tinggi. Sumber yang lain mengatakan bahwa di madrasah ini lmu fiqih diuraikan oleh seorang guru dala satu silabus yang disebut ta’liqahadalah debat tertulis, yaitu dengan mengemukakan satu pertanyaan, dengan jawaban positif dan negatif, serta penyelesaian yang tepat dengans sedikit rasionalisasi untuk mencapai kesimpulan. Ta’liqah ini disusun oleh masing-masing tenaga pengajar berdasarkan catatan perkuliahannya selagi menjadi mahasiswa, bacaannya, dam kesimpulan pribadinya tentang topik terkait. Mahasiswa  menyali ta’liqah dalam proses dikte, dan dalam banyak kasus, mereka betul-betul hanya menyalin, dengan sangat sedikit perubahan. Sedangkan yang lain mungkin menambahkan ide-ide dari diskusi-diskusi kelas atau dari penelitian sendiri, sehingga ta’liqah mereka lebih merupakan refleksi pribadi mereka tentang materi kuliah yang disampaikan oleh pengajar.

e)    Tenaga Pengajar dan Pelajar
Madrasah Nizhamiyah merupakan lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan pendidikan tingkat tinggi pula.Oleh karenanya guru-guru yang mengajar dipilih sangat selektif.Ulama’-ulama’ terkemuka pada waktu itu dan guru-guru yang masyhur dan mempunyai kompetensi di bidangnyalah yang dipilih untuk mengajar.Status guru-guru tersebut ditetapkan dengan pengangkatan oleh khalifah dan bertugas dalam masa tertentu. Di dalam melaksanakan tugasnya seorang guru dibantu oleh seorang pembantu, ia bukan guru tapi kedudukannya lebih tinggi dari para pelajar biasa. Pembantu ini berfungsi sebagai asisten guru yang diantara tugasnya adalah menjelaskan bagian-bagian yang sulit dipahami setelah guru memberikan kuliah, atau membantu pelajar yang kurang pandai dan pada waktu tertentu dapat melaksanakan pekerjaan atau tugas-tugas yang biasa dilakukan guru.
Adapun guru-guru Madrasah Nizhamiyah diantaranya ialah :
a)         Abu Ishak As-Syirazi (wafat tahun 476 H/1083 M)
b)        Abu Nashr As- Shabbagh (477 H/1084 M)
c)         Abu Qasim Al-Alawi (482 H/1089 M)
d)        Abu Abdullah Al-Thabari (495 H/ 1101 M)
e)         Abu Hamid Al-Ghazali (505 H/1111 M)
f)         Radliyud Din al Qazwaini (575 H/1179 M) dan lain-lain, akhir sekali Al-Firuzabadi (817 H/1414 M)
Nizham al-Mulk  menyediakan beasiswa untuk mahasiswa dan memberi mereka fasilitas asrama. Mereka yang berada di asrama diberi belanja secukupnya.Ia mengumumkan kepada semua orang bahwa pengajaran di sekolah-sekolahnya terbuka untuk siapa saja tanpa membedakannya. Ia memberi bantuan untuk semua pelajar tanpa mengharapkan kembali, dan seluruh biaya pendidikan di sittu gratis. Ia juga menetapkan beasiswa secara teratur kepada para siswanya yang kurang mampu.

6.    Pendanaan dan Sarana Madrasah Nizhamiyah
Pembangunan madrasah Nizhamiyah selesai pada 459 H, dan pada tahun ini pula diresmikannya. Pernyataan ini sejalan dengan hasil temuan salah seorang pengeliling dunia yang bernama Ibn Jubair, yang menjelaskan bahwa madrasah-madrasah di Baghdad jumlahnya 30 buah, dan semuanya melebihi keindahan istana-istana, dan yang  terbesar adalah madrasah Nizhamiyah.
Dalam pembangunan madrasah, wazir Nizham al-Mulk menyediakan dana wakaf untuk membiayai mudarris ,imam, mahasiswa penerima beasiswa, dan fasilitas asrama. Dengan dana itu ia mendirikan madrasah-madrasah Nizhamiyah di hampir seluruh wilayah kekuasaan Bani Saljuk saat itu, dan mendirikan perpustakaan dengan lebih kurang 6000 jilid buku lengkap dengan katalognya,lalu menetapkan anggaran belanja seluruh madrasah-madrasah itu sebesar 600.000 dinar. Kemudian Madrasah Nizhamiyah Bahgdad saja sepersepuluhnya, yaitu 60.000 dinar tiap tahun.Ini sudah cukup untuk membiayai berbagai fasilitas yang disediakan untuk peajar dan pengajar, baik berupa akomodasi, uang makan dan tunjangan.



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »