PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI NUSANTARA (s.d 1945)

Pendidikan Islam yang berada di Indonesia sudah berada sejak masuknya Islam di Indonesia. Di tahap awal pendidikan Islam mulai berjalan di tandai adanya kontak pribadi maupun kolektif antara mubaligh (pendidik) dengan peserta dididk. Setelah mulai ramai perkembangan pendidikan Islam yang ditandai dengan adanya komuitas muslim di suatu daerah yang kemudian dibarengi dengan pembangunan masjid. Masjid sendiri kala ini dijadikan sebagai tempat ibadah dan tempat pendidikan agama Islam.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI NUSANTARA (s.d 1945)


            Inti dari materi pendidikan Islam pada masa awal berada di Indonesia hanya sebatas pada ilmu-ilmu agama. Dan itu memberikan sedikit perbedaan dengan pola pendidikan yang mulai di bangun oleh bangsa kolonial Belanda. Dimana pendidikan yang dibangun oleh bangsa Belanda lebih mengutamakan pendidikan secara umum atau sekuler. Dengan melihat kenyataan ini membuat terolanya pendidikan di Indonesia saat itu denga dua sistem yang saling kontras tersebut.

  1. Masuk dan Berkembangnya Pendidikan Islam di Nusantara
1.      Masuknya Islam di Nusantara
            Pendidikan Islam yang ada di Indonesia sudah mulai sejak masuknya Islam di Indonesia. Berkenaan dengan masuknya Islam ke indonesia paling tidak ada tiga pokok pertanyaan. Pertama, tentang waktu, kapan masuknya Islam ke Indonesia. Kedua, tentang tempat, dimana pertama kali masuknya Islam ke Indonesia. Ketiga,  siapa pembawanya.
            Mengenai pertanyaan pokok yang pertama muncul berbagai teori. Pertama adalah "teori India" yang berpendapat bahwa Islam berasal dari India. Di antara sarjana Belanda yang berpendapat bahwa kedatangan Islam berasal dari India adalah Pijnappel dari Universitas Leiden, yang mengatakan Islam yang ada di nusantara berasal dari Gujarat dan Malabar. Morquette juga berpendapat demikian bahwa asal Islam di Nusantara adalah Gujarat. Pendapat Snouck Hurgronje Islam datang ke Indonesia dari India Selatan dan menurutnya abad ke-12 adalah abad yang paling mungkin dari penyebaran Islam di Nusantara. Dasar teori ini sebagai berikut :
·         Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
·         Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia-Cambay-Timur Tengah-Eropa.
·         Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai, yaitu Malik Al-Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.
                        Para ahli-ahli di atas mendukung teori gujarat karena memusatkan perhatian mereka kepada kekuasaan politik Islam dimana adanya Kerajaan Samudra Pasai. Hal tersebut juga bersumber pada keterangan Macopolo dari Venezia (Italia) yang sempat singgah di Perlak pada Tahun 1292. Dia berpandangan bahwa penduduk Perlak yang memeluk Islam dan banyak Pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
                        Pendapat selanjutnya yang menyatakan bahwa Islam Indonesia berasal dari Arab dan pendapat ini terkenal dengan "teori Arab/Mekah". Teori ini berkembang dan didukung oleh beberapa ahli diantaranya yaitu Crawafurd, Niemann, de Hollander dan yang paling kuat untuk mendukung teori ini adalah Naquib Al Attas.
                        Teori ini merupakan teori sanggahan terhadap teori lama, yaitu teori gujarat. Teori Mekah/Arab berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke - 7 dan pembawanya berasal dari Arab.
                        Selanjutnya yang ke tiga ada pendapat yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang persia atau yang dikenal dengan "teori persia", teori ini sendiri menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13. Dasar teori ini sendiri adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti berikut :
·         Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas wafatnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat dijunjung oleh orang syiah/Islam Iran. Di sumatra barat peringatan tersebut disebut dengan upacara tabuik/tabut. Sementara di Pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
·         Kesamaan ajaran sufi yang dianut oleh Syekh Siti Jennar dengan sufi Iran, yaitu Al-Hallaj
·         Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
·         Ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim pada tahun 1419 di Gresik
·         Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu pendukung teori ini, yaitu Umar Amir Husen dan P.A Hessein Jayadiningrat.
                        Semua teori di atas masih dalam proses pengembangan dan bukan hal yang mustahil suatu saat nanti di masa mendatang mungkin saja ditemukan teori baru. Pembahasan tentang teori masuknya Islam di Indonesia hanya sebagian kecil saja tidak sampai terinci dan mendetail karena fokus utama adalah tentang pendidikan Islam yang dimulai sejak masuknya Islam ke Indonesia. Dikarenakan pendidikan Islam itu dimulai ketika Islam masuk ke indonesia, maka tidak boleh tidak mestilah disinggung tentang masuknya Islam ke Indonesia.[6] Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa  Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke 7 dan mengalami perkembangan pada masa ke-13. Pemegang peran dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, Persia, dan Gujarat(India).
2.      Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
                        Telah dijelaskan apabila Islam masuk sekitar abad ke-7 sampai ke-13 berarti pendidikan Islam telah mulai sejak saat itu. Kemudian bisa di uraikan bahwa erat kaitannya antara masuknya Islam ke Indonesia dengan proses pendidikan Islam di Indonesia. Islam masuk melalui beberapa saluran antara lain perdagangan, perkawinan, kesenian, sufisme, dan pendidikan. Berbicara tentang pendidikan sebagai salah satu jalur Islamisasi perlu didudukkan apakah aktivitas para mubaligh itu dapat dikatakan sebagai aktivitas pendidikan? Untuk membahas ini perlu dicari esensi pendidikan. Pendidikan itu adalah proses pembentukan manusia ke arah yang dicita-citakan. Dengan demikian, pendidikan Islam itu bermakna adalah pembentuk manusia sesuai dengan tuntunan Islam.
                        Pendidikan Islam pada tahap itu berlangsung secara informal. Kontak-kontak persons antara pemberi dan penerima. Tidak ada jadwal waktu tertentu, tidak ada materi tertentu, dan tidak ada tempat khusus. Kontak-kontak awal itu tidak terprogram secara rigit dan ketat. Jadi, hal itu belum melembaga sebagai suatu lembaga tertentu. Di sini yang paling berperan adalah mubaligh. Setelah pendidikan informal itu berlangsung, maka muncullah pendidikan formal. Pendidikan terencana, punya waktu, tempat, dan materi tertentu.
  1. Pendidikan Islam pada Masa Kerajaan Islam di Indonesia
            Mengenal sejarah pendidikan Islam di nusantara tidak bisa lepas begitu saja dari kerajaan-kerajaan Islam yang muncul di nusantara. Dimana kerajaan Islam adalah salah satu dari periodesasi perjalanan pendidikan Islam di nusantara, sebab sebagaimana lahirnya kerajaan Islam yang disertai dengan berbagai kebijakan dari penguasanya saat itu, sangat mewarnai sejarah Islam di nusantara, terlebih-lebih agama Islam juga pernah dijadikan sebagai agama resmi negara/kerajaan pada saat itu.
            Berikut ini akan dikemukakan beberapa kerajaan Islam di nusantara, sebagaimana perannya dalam pendidikan Islam dan dakwah Islamiyah tentunya.
1.      Kerajaan Islam di Aceh
a.       Kerajaan Samudra Pasai
            Sudah masyarakat mengenal bahwa kerajaan Islam yang pertama muncul di Indonesia adalah kerjaan Samudra Pasai. Dari beberapa catatan sejarah, bahwa kerajaan Islam yang pertama di Indonesia adalah kerajaan Samaudra pasai yang didirikan pada abad ke-10M dengan raja pertamanya al-Malik Ibrahim bin Mahdum. Tapi catatan lain ada yang menyatakan bahwa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Perlak.
            Menurut Ibnu Batutah menyatakan sistem pendidikan Islam pada masa kerajaan Pasai yaitu:
1)      Materi pendidikan dan pengajaran agama bidah syari'ah adalah fiqh mazhab syafi'i.
2)      Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis ta'lim dan halaqah
3)      Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama
4)      Biaya pendidikan agama bersumber dari negara.


b.      Kerajaan Perlak
Menurut Muhammad Samsu As, kerjaan Islam pertama di Nusantara adalah Kerjaan Islam Perlak dan berdirinya pada abad ke 3 H /abad ke 9 .
             Raja yang terkenal adalah Sultan Mahmud Alauddin Muhammad Amin, adalah seorang Ulama yang mendirikan Perguruan Tinggi Islam. Suatu lembaga majlis taklim tinggi dihadiri khusus oleh para murid yang sudah alim. Lembaga tersebut mengajarkan dan membacakan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi. Misalnya : Kitab Al Um karangan Imam Syafi'i, dan lain-lain.
2.      Kerajaan Demak
            Sebagian para ahli berpendapat bahwa kerajaan demak berdiri pada tahun 1478 M, pendapat ini berdasarkan bahwa tahun tersebut merupakan berdasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit. Adapula yang berpendapat bahwa kerajaan Demak berdiri pada tahun 1518 M.
            Dengan berdirinya Kerajaan Demak yang merupakan Kerajaan Islam pertama di jawa tersebut, maka penyiaran agama Islam makin meluas, pendidikan dan pengajaran Islam bertambah maju.
3.      Kerajaan Islam Mataram
            Kerajaan Demak ternyata tidak bertahan lama, pada tahun 1568 M terjadi perpindahan kekuasaan dari Demak ke Panjang. Dan setelah dari Panjang menuju ke mataram pada tahun 1568 dengan rajanya Sultan Agung.
            Pada zaman kerajaan Mataram pendidikan agama Islam begitu diperhatikan dimana hampir setiap desa diadakan tempat pengajian Al Qur'an dan di ajarkan huruf Hijaiyah, selain pelajaran Al Qur'an, juga ada tempat pengajian bagi murid-murid yang telah khatam mengaji Al Qur'an.
4.      Kerajaan Gowa Tallo
            Kerajaan ini muncul pada tahun 1606 dan sering disebut kerajaan kembar. Rajanya bernama I. Mallingkaang Daeng Manyonri yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Abdullah Awwalul Islam dan menyusul di belakangnya raja Gowa Sultan Alauddin.
            Pengaruh raja Gowa dan Tallo dalam berdakwah Islam sangat besar terhadap raja-raja kecil lainnya. Diantara raja-raja itu sudah ada perjanjian yang berbunyi sebagai berikut : " Barang siapa yang menemukan jalan yang lebih baik, maka ia berjanji akan memberitahukan kepada raja-raja yang menjadi sekutunya". Jalan di sini berarti jalan hidup atau agama.
  1. Peran Wali Songo dalam Penyebaran Agama Islam di Nusantara
1.      Maulana Malik Ibrahim
            Beliau merupakan salah satu keturunan Rasulullah yang datang ke Jawa. Setibanya di Jawa beliau menetap di Leran daerah luar kota Gresik. Di desa inilah beliau menjalankan dakwah ajaran agama Islam. Beliau mencetak para mubaligh sehingga bisa menjadi wali-wali.
2.      Sunan Ampel
            Nama asli beliau merupakan Raden Rahmat. Dalam pendidikan Islam beliau membuka asrama para santri di Ampel Surabaya, sambil menyebarkan agama Islam. Beliau disebut para sejarawan sebagai pendiri pemerintahan Islam yang pertama di Jawa.
3.      Sunan Giri
            Sunan Giri disebut juga Joko Samudro atau nama lainnya Raden Paku. Sunan Giri mendirikan sebuah masjid sebagai awal untuk menyiarkan agama Islam. Kemudian beliau mendirikan beberapa pesantren dan mengajarkan ilmu fiqh, ilmu tafsir, ilmu hadits serta nahwu saraf kepada murid-muridnya.
4.      Sunan Kudus
            Beliau dikenal juga sebagai Ja'far Shadiq, Raden Udung, Raden Untung dan Raden Amir Haji. Sunan kudus terkenal sebagai ulama besar yang menguasai ilmu Ushul Fiqh, Hadits, Ilmu Tafsir Al Qur'an, Ilmu Sastra, Mantiq dan yang terutama Ilmu Fiqh, sehingga beliau dari semua wali sanga yang diberi gelar "Waly al-ilm" yang artinya menjadi gudang ilmu
5.      Sunan Bonang
            Sunan Bonang nama kecilnya adalah Maulana Makhdum Ibrahim beliau putra dari Sunan Ampel. Dalam dakwahnya beliau memasukan pengaruh Islam ke dalam kalangan bangsawan keraton Majapahit. Sunan Bonang merupakan pencipta gending (lagu-lagu jawa bernafaskan Islam) untuk penyebaran dan pendidikan agama Islam.
6.      Sunan Gunung Jati
            Sunan gunung jati disebut juga sebagai Fatahillah atau Falatehan dan nama kecilnya adalah syarif Hidayatullah. Setelah berumur 20 tahun beliau berangkat ke mekkah untuk memperdalam ilmu agamanya. Sewaktu tiba di Banten dan bertemu dengan Sunan Ampel untuk berguru ilmu agama kembali. Setelah dirasa cukup Sunang Gunung Jati kemudian diperintahkan untuk mengajarkan Islam di Cirebon.
7.      Sunan Muria
            Nama Kecil Sunan Muria adalah Raden Prowoto dan disebut juga sebagai Raden Said ibn Raden Syahid. Dalam mensyiarkan ajaran Islam beliau berhasil mendirikan pesantren yang terletak di gunung muria. Dalam menyiarkan ajaran agama Islam ia menfokuskan pada para pedagang, pelaut dan nelayan.
8.      Sunan Drajat
            Nama kecilny adalah Syarifuddin Hasyim, ia adalah putra dari Sunan Ampel. Sunan drajat terkenal dengan jiwa sosialnya. Dalam mengajarkan agama Islam beliau tidak segan-segan untuk membantu rakyak yang sengsara, anak-anak yatim piatu, orang sakit, dan fakir miskin.
9.      Sunan Kalijaga
            Sunan Kali Jaga disebut juga sebagai Muhammad Said atau Joko Said. Beliau keturunan Arab yang bertali dengan Rasulullah. Kelebihan utama dari Sunan Kali Jaga ialah kemampuan memasukan pengaruh Islam kepada adat kebiasaan jawa. Kecintaan orang jawa yang tidak dapat dilepaskan terhadap wayang, menyebabkan beliau memasukan hikayat-hikayat Islam ke dalam permainan wayang.
  1. Lembaga - Lembaga Pendidikan Islam Awal di Indonesia
            Ada beberapa  lembaga pendidikan Islam formal pertama yang muncul di indonesia di antaranya :
a.       Masjid dan langgar
            Sebagai implikasi dari terbentuknya masyarakat muslim di suatu tempat, maka secara sertamerta pula mereka membutuhkan masjid dan langgar tempat melaksanakan kegiatan ibadah. Fungsi masjid dan langgar tersebut diperluas selain sebagai tempat ibadah (shalat) juga untuk pendidikan. Di tempat dilaksanakan pendidikan untuk orang dewasa dan anak.
            Adapun tujuan pendidikan dan pengajaran di langgar adalah agar anak didik dapat membaca Al Qur'an dengan berirama dan baik, dan tidak dirasakan keperluan untuk memahami isinya. Jadi dalam hal ini hanya sebatas agar anak mampu membaca Al Qur'an dengan baik dan benar, tanpa memperhatikan tentang pemahaman akan isi dan makna Al Qur'an.
            Memang, dalam bentuk yang permulaan, pendidikan agama Islam di surau atau langgar atau di mesjid masih sangat sederhana. Modal pokok mereka yang dimiliki hanya semangat menyiarkan agama bagi yang telah mempunyai ilmu agama, dan semangat menuntut ilmu bagi anak-anak. Yang penting bagi guru agama ialah dapat memberikan ilmunya kepada siapa saja, terutama pada anak-anak
b.      Pesantren
            Belum ditentukan tahun yang pasti kapan pesantren pertama kali didirikan. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pesantren muncul pada zaman Wali Songo, dan Maulana Malik Ibrahim dipandang sebagai orang yang pertama yang mendirikan pesantren.
            Diwana sebelum Islam masuk, telah dikenal adanya lembaga pendidikan Jawa Kuno yang diberi nama pawiyatan, ditempat tersebut tinggal bersama Ki Ajar dan Cantrik. Ki Ajar yang mengajar dan Cantrik murid yang diajar. Di pawiyatan  berlangsung pendidikan sepanjang hari dan malam. Sistem ini mirip sistem pesantren. Jadi dengan demikian, sistem pendidikan pesantren itu telah ada di Jawa sebelum datangnya Islam. Setelah datangnya Islam masuk maka sistem ini termasuk yang diislamisasikan.
            Pesantren telah mengalami dinamika, sehingga secara garis besar pesantren itu ada yang digolongkan pada pesantren tradisional dan ada yang modern. 
c.       Meunasah, Rangkang dan Dayah
            Di aceh ada tiga lembag pendidikan Islam yang begitu populer. Yang pertama ialah meunasah. Secara etimologi berasal dari perkataan madrasah. A. Hasjmy menyebutkan bahwa meunasah adalah lembaga pendidikan pertama yang dapat disamakan dengan tingkatan sekolah dasar. Di sini pula murid di ajari menulis dan membaca huruf Arab, ilmu agama dalam bahasa Jawi (melayu).
            Uraian selanjutnya adalah rangkang. Rangkang adalah tempat tinggal murid yang dibangun di sekitar masjid. Karena murid perlu mondok dan tinggal maka perlu dibangun tempat tinggal untuk mereka di masjid
            Snouck Horgroje, mendeskripsikan rangkang dalam bentuk rumah kediaman, tetapi lebih sederhana memiliki satu lantai saja di kanan-kiri gang pemisah (block), masing-masing untuk 1-3 murid. Kadang-kadang rumah yang tidak dipakai lagi oleh orang saleh diwakafkan untuk siswa. Rumah tersebut diserahkan kepada guru untuk dijadikan rangkang.
            Sistem pendidikan di Rangkang ini sama dengan sistem pendidikan di pesantren, murid-murid duduk membentuk lingkaran dan si guru menerangkan pelajaran.
            Lembaga pendidikan selanjutnya adalah dayah. Dayah berasal dari bahasa Arab zawiyah. Kata zawiyah merujuk pada sudut dari satu bangunan dan sering dikaitkan dengan masjid. Di sudut masjid itulah berlangsung proses pendidikan dalam bentuk halaqah, atau juga zawiyah dikaitkan dengan terikat sufi. Di mana syekh atau mursyid melakukan kegiatan pendidikan sufi.
            Hsjmy menjelaskan tentang dayah adalah lembaga pendidikan yang mengajarkan mata pelajaran agama yang bersumber dari bahasa arab, misalnya tauhid, fiqh, tasawuf, bahasa Arab. Pendidikannya setingkat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)
d.      Surau
            Dalam kamus bahasa Indonesia, surau diartikan tempat (rumah) umat Islam melakukan Ibadah (sembahyang, mengaji, dan lain-lain).
            Saat sekarang pengetian surau itu populer sebagai tempat sholat baik di Indonesia maupun Malaysia. Akan tetapi pengertian surau ketika Islam masuk ke Indonesia di daerah Sumatera Barat erat kaitannya dengan budaya setempat. Dipandang dari sudut budaya Minangkabau yang matriarkat. Anak laki-laki yang sudah akil baliqgh, tidak layak tinggal di rumah orang tuanya, sebab saudara-saudara perempuannya akan kawin, dan dirumah itu akan datang laki-laki lain yang menjadi suami dari saudara perempuan mereka.
            Karena itu mereka harus tinggal di surau. Dengan tinggalnya mereka di surau hal ini merupakan satu bagian dari praktik budaya masyarakat Minangkabau. Selain dari fungsi budaya itu maka surau mempunyai fungsi pendidikan agama Islam.
            Di surau terjadi proses pendidikan agama. Remaja dan pemuda yang tinggal di surau itu memperoleh pentrasferan ilmu (knowledge), nilai (value), dan kegiatan (activity) keagamaan. Dengan demikian maka surau merupakan bagian dari fungsi pendidikan.


  1. Pendidikan Islam pada Masa Penjajahan
a.      Pendidikan Islam Pada Masa Pemerintahan Belanda
            Kebijakan politik pendidikan Belanda sebenarnya terlihat hanya menginginkan adanya tenaga kerja murah. Tetapi pada kenyataan yang terjadi belanda ingin memecah belah bangsa Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan memperbolehkan golongan bangsawan dan mereka yang mau bekerja sama dengan belanda untuk masuk dan bersekolah di sekolah-sekolah Belanda.
Kebijaksanaan Belanda dalam mengatur jalannya pendidikan tentu saja dimaksudkan untuk kepentingan mereka sendiri terutama untuk kepentingan agama Kristen. Hal ini sudah terlihat jelas, misalnya ketika Van Den Boss menjadi Gubernur Jenderal di Jakarta pada tahun 1831, keluarlah kebijaksanaan bahwa sekolah-sekolah Gereja dianggap dan diperlukan sebagai sekolah pemerintah. Sedangkan departemen yang mengurus pendidikan dan keagamaan dijadikan satu, sementara setiap daerah Karesidenan didiran satu sekolah Agama Kristen.
            Belanda datang ke Indonesia juga memiliki sebuah misi lain tidak hanya sekedar menjajah, tetapi juga menyebarkan agama Kristen. Oleh karena itu, penentang utama penjajah Belanda adalah mayoritas kaum pribumi yang beragama Islam. Segala aktivitas umat Islam yang berhubungan kehidupan keagamaan ditekan. Belanda terus menerapkan langkah-langkah yang membatasi gerak pengamalan agama Islam, termasuk pendidikan Islam. Politik pemerintah Belanda terhadap rakyat Indonesia yang mayoritas Islam didasari oleh rasa ketakutan panggilan agamanya, dan rasa kolonialismenya. Sehingga merek menarapkaa berbagai peratura da kebijka di antaranya :
1.      Pada tahun 1882 pemerintah Belanda membentuk sauatu badan khsusu yang bertugas untuk mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan Islam yang mereka sebut Priesterraden. Dari nasihat badan inilah maka pada tahun 1905 pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan baru yang isinya bahwa orang yang memberikan pengajaran atau pengajian agama Islam harus terlebih dahulu meminta izin kepada pemerintah Belanda
2.      Tahun 1925 keluar lagi peraturan yang lebih ketat terhadap pendidikan Islam yaitu bahwa tidak semua orang (kiai) boleh memberikan pelajaran mengaji terkecuali telah mendapat semacam rekomendasi atau persetujuan pemerintah Belanda.
3.      Kemudian pada tahun 1932 keluar lagi peraturaan yag isinya beruapa kewenangan untuk memberantas dan menutup madrasah da sekolah yang tidak ada izinny atau memberikan pelajaran yang tidak sesuai oleh pemerintah Belanda yang disebut Ordonisasi Sekolah Liar (Wilde School Ordonitantie).
b.      Pendidikan Islam Pada Masa Pemerintah Jepang
            Setelah pendidikan Belanda yang selama ini berkembang di Indonesia kemudian diganti oleh bangsa jepang dimana orientasi pendidikannya lebih mengarah kepada kepentingan perang. Pada masa Belanda sendiri ada dua pola pendidikan yaitu pola pengajaran untuk kolonial atau untuk golongan orang-orang Belanda atau para bangsawan dan pola pengajaran untuk Bumi Putra. Kemudia oleh jepang sendiri pola pendidikan tersebut mulai dihapuskan dan digantikan menjadi satu jenis saja yg diadakan untuk semua lapisan masyarakat yaitu Sekolah Rakyat 6 Tahun.
            Tujuan pedidikan yang digalakan hanya untuk Romus dan membentuk prajurit-prajurit untuk membantu peperangan bagi kepentingan Jepang. Oleh karena itu, murid-murid diharuskan latihan fisik, latihan kemiliteran dan indoktrinasi ketat. Pada akhir zaman jepang terdapat tanda-tanda tujuan menjepangkan anak-anak Indonesia. Maka dikerahkan barisan propaganda Jepang yang dikenal dengan "Sdendenbu", yang diberi tugas untuk menanamkan idiologi baru, idiologi itu harus menghancurkan idiologi Indonesia Raya.
            Meskipun dari ranah pendidikan pada masa Jepang terlihat kaku namun bagi pendidikan Islam ada sedikit nilai positifnya. Sikap penjajah Jepang terhadap pendidik Islam ternyata lebih luwes sehingga ruang gerak pendidikan Islam lebih bebas ketimbang pada zaman pemerintah kolonial Belanda. Hal ini memberikan kesempatan bagi pendidikan Islam untuk berkembang.
            Misalnya, awal pendudukan jepang, madrasah berkembang dengan cepat terutama dari segi kuantitas. Mumpung ada angin segar yang diberikan oleh Jepang, walaupun itu bersifat politis belaka, namun kesempatan itu tidak disia-siakan begitu saja dan umat Islam di Indonesia memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, hal ini dapat dilihat di Sumatera yang terkenal dengan Madrasah Awaliyahnya, yang diilhami oleh Majelis Islam Tinggi.
            Meskipun dunia pendidikan secara umum terbengkalai, karena murid-muridnya sekolah setiap hari hanya disuruh gerak badan, baris-berbaris, bekerja bakti (romusa), bernyanyi-nyanyi dan sebagainya. Yang agak beruntung adalah madrasah-madrasah yang berada di dalam lingkungan pondok pesantren yang bebas dari pengawasan langsung pemerintah pendudukan Jepang. Pendidikan dalam pondok pesantren dapat berjalan dengan wajar.
           

KESIMPULAN
            Pendidikan Islam di Indonesia di latarbelakang oleh adanya para pedagang dari gujarat, persia dan arab yang berdagang di nusantara dan kemudian mereka menyebarkan agama Islam lewat pendidikan dengan mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan. Pendidikan agama Islam berjalan dengan sendirinya yang ditandai dengan interaksi antara Mubalig dan para penduduk pribumi.
            Dalam perkembangannya terutama ketika kaum penjajah datang yaitu Belanda dan Jepang, mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang Islam. Belanda cenderung lebih mengekang karena mereka juga ingin memasukan agama mereka yaitu agama kristen masuk  dan berkembang di nusantara. Berbedaa dengan sikap Jepan yang terlihat lebih lunak terhadap jalanya pendidikan agama Islam. Hal ini terlihat dari berkembangan madrasah-madrasah yang ada di pondok pesantren, meskipun hal tersebut merupakan politik mereka di nusantara agar bisa leluasa di Indonesia dan memberikan dampak yang positif dengan apa yang sedang mereka lakukan.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »