Pendidikan Islam yang berada di Indonesia
sudah berada sejak masuknya Islam di Indonesia. Di tahap awal pendidikan Islam
mulai berjalan di tandai adanya kontak pribadi maupun kolektif antara mubaligh (pendidik)
dengan peserta dididk. Setelah mulai ramai perkembangan pendidikan Islam yang
ditandai dengan adanya komuitas muslim di suatu daerah yang kemudian dibarengi
dengan pembangunan masjid. Masjid sendiri kala ini dijadikan sebagai tempat
ibadah dan tempat pendidikan agama Islam.
Inti
dari materi pendidikan Islam pada masa awal berada di Indonesia hanya sebatas
pada ilmu-ilmu agama. Dan itu memberikan sedikit perbedaan dengan pola
pendidikan yang mulai di bangun oleh bangsa kolonial Belanda. Dimana pendidikan
yang dibangun oleh bangsa Belanda lebih mengutamakan pendidikan secara umum
atau sekuler. Dengan melihat kenyataan ini membuat terolanya pendidikan di
Indonesia saat itu denga dua sistem yang saling kontras tersebut.
- Masuk dan
Berkembangnya Pendidikan Islam di Nusantara
1. Masuknya Islam di Nusantara
Pendidikan Islam yang ada di Indonesia
sudah mulai sejak masuknya Islam di Indonesia. Berkenaan dengan masuknya Islam
ke indonesia paling tidak ada tiga pokok pertanyaan. Pertama, tentang
waktu, kapan masuknya Islam ke Indonesia. Kedua, tentang tempat, dimana
pertama kali masuknya Islam ke Indonesia. Ketiga, siapa pembawanya.
Mengenai pertanyaan pokok yang
pertama muncul berbagai teori. Pertama adalah "teori India" yang berpendapat
bahwa Islam berasal dari India. Di antara sarjana Belanda yang berpendapat
bahwa kedatangan Islam berasal dari India adalah Pijnappel dari Universitas
Leiden, yang mengatakan Islam yang ada di nusantara berasal dari Gujarat dan
Malabar. Morquette juga berpendapat demikian bahwa asal Islam di Nusantara
adalah Gujarat. Pendapat Snouck Hurgronje Islam datang ke Indonesia dari India
Selatan dan menurutnya abad ke-12 adalah abad yang paling mungkin dari
penyebaran Islam di Nusantara. Dasar teori ini sebagai berikut :
·
Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan
bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
·
Hubungan dagang Indonesia dengan India telah
lama melalui jalur Indonesia-Cambay-Timur Tengah-Eropa.
·
Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai,
yaitu Malik Al-Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.
Para
ahli-ahli di atas mendukung teori gujarat karena memusatkan perhatian mereka
kepada kekuasaan politik Islam dimana adanya Kerajaan Samudra Pasai. Hal
tersebut juga bersumber pada keterangan Macopolo dari Venezia (Italia) yang
sempat singgah di Perlak pada Tahun 1292. Dia berpandangan bahwa penduduk
Perlak yang memeluk Islam dan banyak Pedagang Islam dari India yang menyebarkan
ajaran Islam.
Pendapat
selanjutnya yang menyatakan bahwa Islam Indonesia berasal dari Arab dan
pendapat ini terkenal dengan "teori Arab/Mekah". Teori ini berkembang
dan didukung oleh beberapa ahli diantaranya yaitu Crawafurd, Niemann, de
Hollander dan yang paling kuat untuk mendukung teori ini adalah Naquib Al
Attas.
Teori
ini merupakan teori sanggahan terhadap teori lama, yaitu teori gujarat. Teori
Mekah/Arab berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke - 7 dan pembawanya
berasal dari Arab.
Selanjutnya
yang ke tiga ada pendapat yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dibawa
oleh orang-orang persia atau yang dikenal dengan "teori persia",
teori ini sendiri menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13.
Dasar teori ini sendiri adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat
Islam Indonesia seperti berikut :
·
Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas
wafatnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat dijunjung oleh orang
syiah/Islam Iran. Di sumatra barat peringatan tersebut disebut dengan upacara
tabuik/tabut. Sementara di Pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
·
Kesamaan ajaran sufi yang dianut oleh Syekh
Siti Jennar dengan sufi Iran, yaitu Al-Hallaj
·
Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem
mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
·
Ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim pada
tahun 1419 di Gresik
·
Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri
daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu pendukung teori ini, yaitu Umar
Amir Husen dan P.A Hessein Jayadiningrat.
Semua
teori di atas masih dalam proses pengembangan dan bukan hal yang mustahil suatu
saat nanti di masa mendatang mungkin saja ditemukan teori baru. Pembahasan
tentang teori masuknya Islam di Indonesia hanya sebagian kecil saja tidak
sampai terinci dan mendetail karena fokus utama adalah tentang pendidikan Islam
yang dimulai sejak masuknya Islam ke Indonesia. Dikarenakan pendidikan Islam
itu dimulai ketika Islam masuk ke indonesia, maka tidak boleh tidak mestilah
disinggung tentang masuknya Islam ke Indonesia.[6]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke 7 dan mengalami
perkembangan pada masa ke-13. Pemegang peran dalam penyebaran Islam adalah
bangsa Arab, Persia, dan Gujarat(India).
2. Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Telah
dijelaskan apabila Islam masuk sekitar abad ke-7 sampai ke-13 berarti
pendidikan Islam telah mulai sejak saat itu. Kemudian bisa di uraikan bahwa
erat kaitannya antara masuknya Islam ke Indonesia dengan proses pendidikan
Islam di Indonesia. Islam masuk melalui beberapa saluran antara lain
perdagangan, perkawinan, kesenian, sufisme, dan pendidikan. Berbicara tentang
pendidikan sebagai salah satu jalur Islamisasi perlu didudukkan apakah
aktivitas para mubaligh itu dapat dikatakan sebagai aktivitas pendidikan? Untuk
membahas ini perlu dicari esensi pendidikan. Pendidikan itu adalah proses
pembentukan manusia ke arah yang dicita-citakan. Dengan demikian, pendidikan
Islam itu bermakna adalah pembentuk manusia sesuai dengan tuntunan Islam.
Pendidikan
Islam pada tahap itu berlangsung secara informal. Kontak-kontak persons antara
pemberi dan penerima. Tidak ada jadwal waktu tertentu, tidak ada materi
tertentu, dan tidak ada tempat khusus. Kontak-kontak awal itu tidak terprogram
secara rigit dan ketat. Jadi, hal itu belum melembaga sebagai suatu
lembaga tertentu. Di sini yang paling berperan adalah mubaligh. Setelah
pendidikan informal itu berlangsung, maka muncullah pendidikan formal.
Pendidikan terencana, punya waktu, tempat, dan materi tertentu.
- Pendidikan Islam
pada Masa Kerajaan Islam di Indonesia
Mengenal sejarah pendidikan Islam di
nusantara tidak bisa lepas begitu saja dari kerajaan-kerajaan Islam yang muncul
di nusantara. Dimana kerajaan Islam adalah salah satu dari periodesasi
perjalanan pendidikan Islam di nusantara, sebab sebagaimana lahirnya kerajaan
Islam yang disertai dengan berbagai kebijakan dari penguasanya saat itu, sangat
mewarnai sejarah Islam di nusantara, terlebih-lebih agama Islam juga pernah
dijadikan sebagai agama resmi negara/kerajaan pada saat itu.
Berikut ini akan dikemukakan
beberapa kerajaan Islam di nusantara, sebagaimana perannya dalam pendidikan
Islam dan dakwah Islamiyah tentunya.
1. Kerajaan Islam di Aceh
a. Kerajaan Samudra Pasai
Sudah masyarakat mengenal bahwa kerajaan
Islam yang pertama muncul di Indonesia adalah kerjaan Samudra Pasai. Dari
beberapa catatan sejarah, bahwa kerajaan Islam yang pertama di Indonesia adalah
kerajaan Samaudra pasai yang didirikan pada abad ke-10M dengan raja pertamanya
al-Malik Ibrahim bin Mahdum. Tapi catatan lain ada yang menyatakan bahwa
kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Perlak.
Menurut Ibnu Batutah menyatakan
sistem pendidikan Islam pada masa kerajaan Pasai yaitu:
1) Materi pendidikan dan pengajaran agama bidah syari'ah adalah fiqh mazhab
syafi'i.
2) Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis ta'lim dan halaqah
3) Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama
4) Biaya pendidikan agama bersumber dari negara.
b. Kerajaan Perlak
Menurut Muhammad Samsu As, kerjaan Islam pertama
di Nusantara adalah Kerjaan Islam Perlak dan berdirinya pada abad ke 3 H /abad
ke 9 .
Raja yang terkenal adalah Sultan
Mahmud Alauddin Muhammad Amin, adalah seorang Ulama yang mendirikan Perguruan
Tinggi Islam. Suatu lembaga majlis taklim tinggi dihadiri khusus oleh para
murid yang sudah alim. Lembaga tersebut mengajarkan dan membacakan kitab-kitab
agama yang berbobot pengetahuan tinggi. Misalnya : Kitab Al Um karangan Imam
Syafi'i, dan lain-lain.
2. Kerajaan Demak
Sebagian para ahli berpendapat bahwa
kerajaan demak berdiri pada tahun 1478 M, pendapat ini berdasarkan bahwa tahun
tersebut merupakan berdasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit. Adapula yang
berpendapat bahwa kerajaan Demak berdiri pada tahun 1518 M.
Dengan berdirinya Kerajaan Demak
yang merupakan Kerajaan Islam pertama di jawa tersebut, maka penyiaran agama
Islam makin meluas, pendidikan dan pengajaran Islam bertambah maju.
3. Kerajaan Islam Mataram
Kerajaan Demak ternyata tidak
bertahan lama, pada tahun 1568 M terjadi perpindahan kekuasaan dari Demak ke
Panjang. Dan setelah dari Panjang menuju ke mataram pada tahun 1568 dengan
rajanya Sultan Agung.
Pada zaman kerajaan Mataram
pendidikan agama Islam begitu diperhatikan dimana hampir setiap desa diadakan
tempat pengajian Al Qur'an dan di ajarkan huruf Hijaiyah, selain pelajaran Al
Qur'an, juga ada tempat pengajian bagi murid-murid yang telah khatam mengaji Al
Qur'an.
4. Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan ini muncul pada tahun 1606
dan sering disebut kerajaan kembar. Rajanya bernama I. Mallingkaang Daeng
Manyonri yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Abdullah Awwalul Islam dan
menyusul di belakangnya raja Gowa Sultan Alauddin.
Pengaruh raja Gowa dan Tallo dalam
berdakwah Islam sangat besar terhadap raja-raja kecil lainnya. Diantara raja-raja
itu sudah ada perjanjian yang berbunyi sebagai berikut : " Barang siapa
yang menemukan jalan yang lebih baik, maka ia berjanji akan memberitahukan
kepada raja-raja yang menjadi sekutunya". Jalan di sini berarti jalan
hidup atau agama.
- Peran Wali Songo
dalam Penyebaran Agama Islam di Nusantara
1. Maulana Malik Ibrahim
Beliau merupakan salah satu
keturunan Rasulullah yang datang ke Jawa. Setibanya di Jawa beliau menetap di
Leran daerah luar kota Gresik. Di desa inilah beliau menjalankan dakwah ajaran agama
Islam. Beliau mencetak para mubaligh sehingga bisa menjadi wali-wali.
2. Sunan Ampel
Nama asli beliau merupakan Raden
Rahmat. Dalam pendidikan Islam beliau membuka asrama para santri di Ampel
Surabaya, sambil menyebarkan agama Islam. Beliau disebut para sejarawan sebagai
pendiri pemerintahan Islam yang pertama di Jawa.
3. Sunan Giri
Sunan Giri disebut juga Joko Samudro
atau nama lainnya Raden Paku. Sunan Giri mendirikan sebuah masjid sebagai awal
untuk menyiarkan agama Islam. Kemudian beliau mendirikan beberapa pesantren dan
mengajarkan ilmu fiqh, ilmu tafsir, ilmu hadits serta nahwu saraf kepada
murid-muridnya.
4. Sunan Kudus
Beliau dikenal juga sebagai Ja'far
Shadiq, Raden Udung, Raden Untung dan Raden Amir Haji. Sunan kudus terkenal
sebagai ulama besar yang menguasai ilmu Ushul Fiqh, Hadits, Ilmu Tafsir Al
Qur'an, Ilmu Sastra, Mantiq dan yang terutama Ilmu Fiqh, sehingga beliau dari
semua wali sanga yang diberi gelar "Waly al-ilm" yang artinya menjadi
gudang ilmu
5. Sunan Bonang
Sunan Bonang nama kecilnya adalah
Maulana Makhdum Ibrahim beliau putra dari Sunan Ampel. Dalam dakwahnya beliau
memasukan pengaruh Islam ke dalam kalangan bangsawan keraton Majapahit. Sunan
Bonang merupakan pencipta gending (lagu-lagu jawa bernafaskan Islam) untuk
penyebaran dan pendidikan agama Islam.
6. Sunan Gunung Jati
Sunan gunung jati disebut juga
sebagai Fatahillah atau Falatehan dan nama kecilnya adalah syarif Hidayatullah.
Setelah berumur 20 tahun beliau berangkat ke mekkah untuk memperdalam ilmu
agamanya. Sewaktu tiba di Banten dan bertemu dengan Sunan Ampel untuk berguru
ilmu agama kembali. Setelah dirasa cukup Sunang Gunung Jati kemudian
diperintahkan untuk mengajarkan Islam di Cirebon.
7. Sunan Muria
Nama Kecil Sunan Muria adalah Raden
Prowoto dan disebut juga sebagai Raden Said ibn Raden Syahid. Dalam mensyiarkan
ajaran Islam beliau berhasil mendirikan pesantren yang terletak di gunung
muria. Dalam menyiarkan ajaran agama Islam ia menfokuskan pada para pedagang,
pelaut dan nelayan.
8. Sunan Drajat
Nama kecilny adalah Syarifuddin
Hasyim, ia adalah putra dari Sunan Ampel. Sunan drajat terkenal dengan jiwa
sosialnya. Dalam mengajarkan agama Islam beliau tidak segan-segan untuk
membantu rakyak yang sengsara, anak-anak yatim piatu, orang sakit, dan fakir
miskin.
9. Sunan Kalijaga
Sunan Kali Jaga disebut juga sebagai
Muhammad Said atau Joko Said. Beliau keturunan Arab yang bertali dengan
Rasulullah. Kelebihan utama dari Sunan Kali Jaga ialah kemampuan memasukan
pengaruh Islam kepada adat kebiasaan jawa. Kecintaan orang jawa yang tidak
dapat dilepaskan terhadap wayang, menyebabkan beliau memasukan hikayat-hikayat
Islam ke dalam permainan wayang.
- Lembaga - Lembaga
Pendidikan Islam Awal di Indonesia
Ada
beberapa lembaga pendidikan Islam formal
pertama yang muncul di indonesia di antaranya :
a. Masjid dan langgar
Sebagai implikasi dari terbentuknya
masyarakat muslim di suatu tempat, maka secara sertamerta pula mereka
membutuhkan masjid dan langgar tempat melaksanakan kegiatan ibadah. Fungsi
masjid dan langgar tersebut diperluas selain sebagai tempat ibadah (shalat)
juga untuk pendidikan. Di tempat dilaksanakan pendidikan untuk orang dewasa dan
anak.
Adapun tujuan pendidikan dan
pengajaran di langgar adalah agar anak didik dapat membaca Al Qur'an dengan
berirama dan baik, dan tidak dirasakan keperluan untuk memahami isinya. Jadi
dalam hal ini hanya sebatas agar anak mampu membaca Al Qur'an dengan baik dan
benar, tanpa memperhatikan tentang pemahaman akan isi dan makna Al Qur'an.
Memang, dalam bentuk yang permulaan,
pendidikan agama Islam di surau atau langgar atau di mesjid masih sangat
sederhana. Modal pokok mereka yang dimiliki hanya semangat menyiarkan agama
bagi yang telah mempunyai ilmu agama, dan semangat menuntut ilmu bagi
anak-anak. Yang penting bagi guru agama ialah dapat memberikan ilmunya kepada
siapa saja, terutama pada anak-anak
b. Pesantren
Belum ditentukan tahun yang pasti
kapan pesantren pertama kali didirikan. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa
pesantren muncul pada zaman Wali Songo, dan Maulana Malik Ibrahim dipandang
sebagai orang yang pertama yang mendirikan pesantren.
Diwana sebelum Islam masuk, telah
dikenal adanya lembaga pendidikan Jawa Kuno yang diberi nama pawiyatan, ditempat
tersebut tinggal bersama Ki Ajar dan Cantrik. Ki Ajar yang
mengajar dan Cantrik murid yang diajar. Di pawiyatan berlangsung pendidikan sepanjang hari dan
malam. Sistem ini mirip sistem pesantren. Jadi dengan demikian, sistem
pendidikan pesantren itu telah ada di Jawa sebelum datangnya Islam. Setelah
datangnya Islam masuk maka sistem ini termasuk yang diislamisasikan.
Pesantren telah mengalami dinamika,
sehingga secara garis besar pesantren itu ada yang digolongkan pada pesantren
tradisional dan ada yang modern.
c. Meunasah, Rangkang dan Dayah
Di aceh ada tiga lembag pendidikan
Islam yang begitu populer. Yang pertama ialah meunasah. Secara etimologi
berasal dari perkataan madrasah. A. Hasjmy menyebutkan bahwa meunasah adalah
lembaga pendidikan pertama yang dapat disamakan dengan tingkatan sekolah dasar.
Di sini pula murid di ajari menulis dan membaca huruf Arab, ilmu agama dalam
bahasa Jawi (melayu).
Uraian selanjutnya adalah rangkang.
Rangkang adalah tempat tinggal murid yang dibangun di sekitar masjid.
Karena murid perlu mondok dan tinggal maka perlu dibangun tempat tinggal untuk
mereka di masjid
Snouck Horgroje, mendeskripsikan
rangkang dalam bentuk rumah kediaman, tetapi lebih sederhana memiliki satu
lantai saja di kanan-kiri gang pemisah (block), masing-masing untuk 1-3 murid.
Kadang-kadang rumah yang tidak dipakai lagi oleh orang saleh diwakafkan untuk
siswa. Rumah tersebut diserahkan kepada guru untuk dijadikan rangkang.
Sistem pendidikan di Rangkang ini sama
dengan sistem pendidikan di pesantren, murid-murid duduk membentuk lingkaran
dan si guru menerangkan pelajaran.
Lembaga pendidikan selanjutnya
adalah dayah. Dayah berasal dari bahasa Arab zawiyah. Kata
zawiyah merujuk pada sudut dari satu bangunan dan sering dikaitkan dengan
masjid. Di sudut masjid itulah berlangsung proses pendidikan dalam bentuk halaqah,
atau juga zawiyah dikaitkan dengan terikat sufi. Di mana syekh atau
mursyid melakukan kegiatan pendidikan sufi.
Hsjmy menjelaskan tentang dayah adalah
lembaga pendidikan yang mengajarkan mata pelajaran agama yang bersumber dari
bahasa arab, misalnya tauhid, fiqh, tasawuf, bahasa Arab. Pendidikannya
setingkat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)
d. Surau
Dalam kamus bahasa Indonesia, surau
diartikan tempat (rumah) umat Islam melakukan Ibadah (sembahyang, mengaji, dan
lain-lain).
Saat sekarang pengetian surau itu
populer sebagai tempat sholat baik di Indonesia maupun Malaysia. Akan tetapi
pengertian surau ketika Islam masuk ke Indonesia di daerah Sumatera Barat erat
kaitannya dengan budaya setempat. Dipandang dari sudut budaya Minangkabau yang
matriarkat. Anak laki-laki yang sudah akil baliqgh, tidak layak tinggal di
rumah orang tuanya, sebab saudara-saudara perempuannya akan kawin, dan dirumah
itu akan datang laki-laki lain yang menjadi suami dari saudara perempuan
mereka.
Karena itu mereka harus tinggal di
surau. Dengan tinggalnya mereka di surau hal ini merupakan satu bagian dari
praktik budaya masyarakat Minangkabau. Selain dari fungsi budaya itu maka surau
mempunyai fungsi pendidikan agama Islam.
Di surau terjadi proses pendidikan
agama. Remaja dan pemuda yang tinggal di surau itu memperoleh pentrasferan ilmu
(knowledge), nilai (value), dan kegiatan (activity)
keagamaan. Dengan demikian maka surau merupakan bagian dari fungsi pendidikan.
- Pendidikan Islam
pada Masa Penjajahan
a. Pendidikan Islam Pada Masa Pemerintahan Belanda
Kebijakan politik pendidikan Belanda
sebenarnya terlihat hanya menginginkan adanya tenaga kerja murah. Tetapi pada
kenyataan yang terjadi belanda ingin memecah belah bangsa Indonesia. Hal
tersebut ditandai dengan memperbolehkan golongan bangsawan dan mereka yang mau
bekerja sama dengan belanda untuk masuk dan bersekolah di sekolah-sekolah
Belanda.
Kebijaksanaan
Belanda dalam mengatur jalannya pendidikan tentu saja dimaksudkan untuk
kepentingan mereka sendiri terutama untuk kepentingan agama Kristen. Hal ini
sudah terlihat jelas, misalnya ketika Van Den Boss menjadi Gubernur Jenderal di
Jakarta pada tahun 1831, keluarlah kebijaksanaan bahwa sekolah-sekolah Gereja
dianggap dan diperlukan sebagai sekolah pemerintah. Sedangkan departemen yang
mengurus pendidikan dan keagamaan dijadikan satu, sementara setiap daerah Karesidenan
didiran satu sekolah Agama Kristen.
Belanda datang ke Indonesia juga
memiliki sebuah misi lain tidak hanya sekedar menjajah, tetapi juga menyebarkan
agama Kristen. Oleh karena itu, penentang utama penjajah Belanda adalah
mayoritas kaum pribumi yang beragama Islam. Segala aktivitas umat Islam yang
berhubungan kehidupan keagamaan ditekan. Belanda terus menerapkan
langkah-langkah yang membatasi gerak pengamalan agama Islam, termasuk
pendidikan Islam. Politik pemerintah Belanda terhadap rakyat Indonesia yang
mayoritas Islam didasari oleh rasa ketakutan panggilan agamanya, dan rasa
kolonialismenya. Sehingga merek menarapkaa berbagai peratura da kebijka di antaranya :
1. Pada tahun 1882 pemerintah Belanda membentuk sauatu badan khsusu yang
bertugas untuk mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan Islam yang mereka
sebut Priesterraden. Dari nasihat badan inilah maka pada tahun 1905 pemerintah
Belanda mengeluarkan peraturan baru yang isinya bahwa orang yang memberikan
pengajaran atau pengajian agama Islam harus terlebih dahulu meminta izin kepada
pemerintah Belanda
2. Tahun 1925 keluar lagi peraturan yang lebih ketat terhadap pendidikan
Islam yaitu bahwa tidak semua orang (kiai) boleh memberikan pelajaran mengaji
terkecuali telah mendapat semacam rekomendasi atau persetujuan pemerintah
Belanda.
3. Kemudian pada tahun 1932 keluar lagi peraturaan yag isinya beruapa
kewenangan untuk memberantas dan menutup madrasah da sekolah yang tidak ada
izinny atau memberikan pelajaran yang tidak sesuai oleh pemerintah Belanda yang
disebut Ordonisasi Sekolah Liar (Wilde School Ordonitantie).
b. Pendidikan Islam Pada Masa Pemerintah Jepang
Setelah pendidikan Belanda yang
selama ini berkembang di Indonesia kemudian diganti oleh bangsa jepang dimana
orientasi pendidikannya lebih mengarah kepada kepentingan perang. Pada masa
Belanda sendiri ada dua pola pendidikan yaitu pola pengajaran untuk kolonial
atau untuk golongan orang-orang Belanda atau para bangsawan dan pola pengajaran
untuk Bumi Putra. Kemudia oleh jepang sendiri pola pendidikan tersebut mulai
dihapuskan dan digantikan menjadi satu jenis saja yg diadakan untuk semua
lapisan masyarakat yaitu Sekolah Rakyat 6 Tahun.
Tujuan pedidikan yang digalakan
hanya untuk Romus dan membentuk prajurit-prajurit untuk membantu peperangan
bagi kepentingan Jepang. Oleh karena itu, murid-murid diharuskan latihan fisik,
latihan kemiliteran dan indoktrinasi ketat. Pada akhir zaman jepang terdapat
tanda-tanda tujuan menjepangkan anak-anak Indonesia. Maka dikerahkan barisan
propaganda Jepang yang dikenal dengan "Sdendenbu", yang diberi tugas
untuk menanamkan idiologi baru, idiologi itu harus menghancurkan idiologi
Indonesia Raya.
Meskipun dari ranah pendidikan pada
masa Jepang terlihat kaku namun bagi pendidikan Islam ada sedikit nilai
positifnya. Sikap penjajah Jepang terhadap pendidik Islam ternyata lebih luwes sehingga
ruang gerak pendidikan Islam lebih bebas ketimbang pada zaman pemerintah
kolonial Belanda. Hal ini memberikan kesempatan bagi pendidikan Islam untuk
berkembang.
Misalnya, awal pendudukan jepang,
madrasah berkembang dengan cepat terutama dari segi kuantitas. Mumpung ada
angin segar yang diberikan oleh Jepang, walaupun itu bersifat politis belaka,
namun kesempatan itu tidak disia-siakan begitu saja dan umat Islam di Indonesia
memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, hal ini dapat dilihat di Sumatera yang
terkenal dengan Madrasah Awaliyahnya, yang diilhami oleh Majelis Islam Tinggi.
Meskipun dunia pendidikan secara
umum terbengkalai, karena murid-muridnya sekolah setiap hari hanya disuruh
gerak badan, baris-berbaris, bekerja bakti (romusa), bernyanyi-nyanyi dan
sebagainya. Yang agak beruntung adalah madrasah-madrasah yang berada di dalam
lingkungan pondok pesantren yang bebas dari pengawasan langsung pemerintah
pendudukan Jepang. Pendidikan dalam pondok pesantren dapat berjalan dengan
wajar.
KESIMPULAN
Pendidikan Islam di Indonesia di
latarbelakang oleh adanya para pedagang dari gujarat, persia dan arab yang
berdagang di nusantara dan kemudian mereka menyebarkan agama Islam lewat
pendidikan dengan mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan. Pendidikan agama Islam
berjalan dengan sendirinya yang ditandai dengan interaksi antara Mubalig dan
para penduduk pribumi.
Dalam
perkembangannya terutama ketika kaum penjajah datang yaitu Belanda dan Jepang,
mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang Islam. Belanda cenderung lebih
mengekang karena mereka juga ingin memasukan agama mereka yaitu agama kristen
masuk dan berkembang di nusantara.
Berbedaa dengan sikap Jepan yang terlihat lebih lunak terhadap jalanya
pendidikan agama Islam. Hal ini terlihat dari berkembangan madrasah-madrasah
yang ada di pondok pesantren, meskipun hal tersebut merupakan politik mereka di
nusantara agar bisa leluasa di Indonesia dan memberikan dampak yang positif
dengan apa yang sedang mereka lakukan.
EmoticonEmoticon