MODEL SRUDI AL-QUR’AN INTEGRATIF PERSPEKTIF FAZLUR RAHMAN-Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Ia senantiasa diharapkan mampu untuk menjawab setiap persoalan umat. Tanpa
terkecuali persoalan yang terkini sekalipun.
Fazlur Rahman
merupakan seorang pemikir yang perhatiannya sangat besar terhadap perkembangan
dan kemajuan umat Islam, sementara ini fazlur rahman di nilai memang mempunyai
pemikiran orisinal tentang Islam. terutama idenya tentang Neomodernismenya
merupakan gagasan brilian yang hadir dalam wacana baru yang menggali sumber
nilai Islam langsung pada pokoknya yaitu Al-qur’an. Dengan pemikirannya fazlur
rahman mengasah pendekatan metodologis tentang Al-Qur’an yang dapat dijadikan
sumber alternatif sepanjang zaman. Selama ini, menurutnya Al-Qur’an hanya
dikaji dalam serpihan-serpihan dan tidak secara utuh. Sedangkan metodologi yang
ditawarkanya akan memberikan dengan cara holistik dan menyeluruh tentang
Al-Qur’an itu sendiri. Sehingga ruh tersirat dan tersuratnya bisa ditangkap
sepanjang zaman.
Fazlur rahman juga
di anggap sebagai salah seorang yang paling serius memikirkan persoalan Islam
dan umatnya. Pandangan ini tampaknya tidak berlebihan jika memperhatikan
kiprahnya yang dinamis dalam menggulirkan ide-ide pembaharuannya demi
membangkitkan dan mengembangkan intelektualitas Islam.
Namun mendengar
saja tidak cukup, apalagi menilai hanya dengan perspektif orang lain. Kita
harus mengkajinya lebih dala, melihat, memilih dan memilah pemikirannya secara
komprehensif dan proporsional sehingga kita bisa mempertegas bagaimana
seharusnya kita bersikap.
PEMBAHASAN
A.
Biografi Fazlur Rahman
Fazlur rahman
Malik lahir pada tanggal 21 september 1919 dan wafat pada 25 juli 1988. Fazlur
rahman lahir di Hazara, sebuah wilayah jajahan Inggris di India (sekarang
pakistan). Ia dididik dalam keluarga muslm yang taat beragama dengan menganut
madzhab hanafi. Seperti pengakuannya sendiri, keluarganya mempraktikan ibadah
sehari-hari secara teratur. Pada usia 10 tahun, ia telah menghafal Al-Qur’an.
Ayahnya maulana Sahab al-Din, adalah seorang alim terkenal lulusan Dar al-Ulum,
Deoband, India. Di sekolah ini, Syihab al-Din belajar dari tokoh-tokoh
terkemuka seperti Mauana Mahmud Hasan (wafat 1920), yang lebih populer dikenal
dengan Syaikh al-Hind, dan seorang faqih ternama, Mawlana Rasyid Ahmad Gangihi
(wafat 1905). Meskipun fazlur rahman tidak belajar di Dar al-ulum, ia menguasai
kurikulum Darse-Nizami yang ditawarkan lembaga tersebut dalam kajian privat
dengan ayahnya. Ini melengapi latar belakangnya dalam memahami Islam
tradisional, dengan perhatian khusus pada fiqh, teologi dialektis atau ilmu
alam, hadis, tafsir, logika (manthiq) dan falsafah. Rahman kecil beruntung
memiliki ayah yang benar-benar memperhatikan pendidikannya. Ayahnya sangat
memperhatikan tentan mengaji dan meghafal al-Qur’an. Ayahnya mengajarkan
tentang disiplin tinggi sehingga ia mampu menghadapi berbagai macam peradaban
dan tantangan alam modern, disamping pengajaran dari ibunya tentang kasih
sayang, kejujuran, serta kecintaan sepenuh hati darinya. Ayahnya juga seorang
cendekiawan terkenal paa masanya yang belajar dari deoband dan meraih derajat
alim melalui kajiannya tentang hukum Islam (fiqh, hadis tafsir al-qur’an, logika,
falsafah, dan disiplin ilmu yang lain). Ia banyak menggunakan rasio karena di
India saat itu telah berkembang pemikiran agak liberal seperti yang
dikembangkan Muhammad Iqbal.
Pada tahun
1933, Fazlur Rahman dibawa ke lahore untuk memasuki sekolah modern. Kemudian ia
melanjutkan ke Punjab University dan tulus menyandang gelar B.A. Pada tahun
1940 dalam spesialisai bahasa Arab. Dua tahun berikutnya ia berhasil menyelesaikan
Masternya dalam bidang yang sama di Universitas yang sama pula. Fazlur Rahman
belajar bahasa Arab di Universitas Punjab dan melanjutkan ke Universitas Oxford
di mana ia menulis disertasi tentang Ibn Sina. Tahun 1946, Fazlur Rahman
berangkat ke Inggris melanjutkan studinya di Universitas Oxford. Ia mempunyai
kesempatan mempelajari bahasa Barat sehingga ia menguasai bahasa Latin,Yunani,
Inggris, Jerman, Turki, Arab, dan Urdu. Penguasaan yang bagus sangat
membantunya dalam studi Islam dan penelusuran literature ke-Islaman yang
ditulis orientaslis dalam bahasa mereka. Dalam proses perampungannya di
Universitas ini, ia menulis sebuah disertasi tentang psikologi Ibn Sina, yang
kelak diterbitkan menjadi Avicenna’sPsychology (London: Oxfort University
Press, 1952), di bawah bimbingan Prof. Simon van Den Berg. Belajar di Oxfort
University, sebagai lembaga pendidikan yang telah maju di Barat.
Secara
akademis, ia sangat menonjol, terutama kemampuannya memahami sumber-sumber
Islam klasik amat brilian, yang ditumpang kemahirannya menguasai berbagai
bahasaasing Eropa sehingga lebih memudahkan dalam mengkaji dan menganalisis
kebutuhan atas hal-hal yang vital di dalam khazanah studi pemikiran Islam
modern. Fazlur rahman termasuk seorang ilmuwan dan pemikir Islam yag
jasa-jasanya sungguh besar bagi dunia Islam kontemporer, Hampir dipastikan,
mahasiswa-mahasiswa cerdas dunia Islam pernah mengenanya, baik melalui
tulisan-tulisan maupun langsung terlibat dalam studi dan kancah pemikirannya.
Intelektual
Fazlur Rahman baik di Barat maupun di Timur tidak diragukan lagi. Ini terbukti,
di beberapa Universitas Eropa ia terlibat sebagai Dosen dan Profesor studi
ke-Islaman. Misalnya di Universitas Durham Inggris, ia pernah menjadi profesor
tamu. Tahun 1958, ia menjadi Associate Professor of Philosophy di Institute of
Islamic Studies University Mc. Gill, Kanada. Sejak tahun 1970-1988, menjadi
professor pada Islamic Studies di Departement of Near Eastern Languages and
Civilization University Chicago, Amerika.
Perlu juga
dikenalkan beberapa karya briliannya antara lain: Islam, sudah diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia, Islamic Methodology in History, The Philhosopy of
Mulla Sadra, Prophecy in Islam, Major Themes of the Qur’an, dan Islam and
Modernity.
Sebagai seorang
pemikir besar, ia tentu sangat mengharapkan dapat menyumbangkan jasa-jasanya
terhadap Pakistan tanah tumpah darahnya. Selesai studi dan menimba pengalaman
ilmiah di Barat, ia kembali ke pakistan tahun 1960. Ketiika itu, tugas baru
yang dipikulnya adalah sebagai direktur lembaga pusat riset islam, yang
dibentuk oleh pemerintah Ayub Khan. Jabatan lainnya, menjadi anggota penasehat
untuk ideologi islam Pakistan, tahun 1964. Dalam usaha mengenalkan ide-ide
pemikirannya, Fazlur Rahman membentuk jurnal keislaman “ Islamic studies dan
Fikr-U-Nazr berbahasa Inggris dan Urdu. Kiprah ilmiahnya mulai ditebarkan di kalangan
ummat Islam Pakistan.
Pengangkatan
dan aktivitas ilmiahnya itu ternyata banyak yang tidak disenangi kalangan
konversatif dan ulama tradisional Pakistan. Apalagi banyak di antara pemikiran
kontravesialnya, yang dianggap sementara kelangan konversatif membahayakan
keutuhan wibawa mereka. Misalnya yang diungkapkan Fazlur Rahman, ketika
keluarga berencana, yang menjadi program pemerintah dan didukungnya, sangat
mendapat tantangan keras dari kelompok ulama tradisional. Karena pertentangan
yang begitu keras, akhirnya Fazlur Rahman merasakan kehadiran dan gagasan bukan
tempat yang subur di Pakista. Dan ia pun mengundurkan diridari jabatan-jabatan
yang dipegangnya, dan hijrah ke Amerika sampai akhir hayatnya.
Di Pakistan, ia
memang menghadapi tembok-tembok konservatisme yang berakar, kendati ketika kita
tahu bahwa Pakistan termasuk negara Islam yang mempunyai tradisi intelektual
cukup dewasa dibanding Indonesia. Namun terhadap gagasan radikal nampaknya
masih belum mendapatkan simpati besar.
B.
Pemikiran Neomodernisme Fazlur Rahman
Para sarjana
modern umumnya (ilmuan sosial khususnya) percaya bahwa Islam normative adalah
syari’ah. Namun, tidak diragukan lagi, syari’ah hanya mempunyai status
derivative, baik dalam konsep dan isi, karena syari’ah merupakan produk sejarah
dari teolog ahli hukum. Syari’ah dideduksi dari Al-qur’an dan sunnah. Sebagian
sarjana meyakini normative adalah apa yan diyakini Muslim atau sebagian Muslim
terdidik sebagai “Islam yang benar”. Tentu saja orang Muslim dapat mengatakan
bahwa apa yang ia yakini adalah apa yang ia pikirkan sebagai islam yang benar,
sejati, tetapi ia tidak akan pernah mengklaimnya sebagai Islam normative karena
ia siap mengakui bahwa apa yang dipandang Islam sejati dan benar akan dinilai
oleh Al-Qur’an dan sunnah.
Fazlur Rahman
memang mempunyai pemikiran orisinal tentang Islam. terutama ide-ide
Neomodernismenya merupakan gagasan brilian yang hadir dalam wacana baru
menggali sumber nilai Islam langsung pada pokoknya yaitu Al-Qur’an. Dengan
pemikiran itu, ia mengasah pendekatan metodologis tentang Al-Qur’an yang dapat
dijadikan sumber alternative sepanjang zaman.
Al-Qu’an dan
sunnah menurut Fazlur Rahman memuat pesan-pesan universal. Namun pesan itu
tidak akan mudah ditangkap, apabila orang kehilangan cara memahami dalam perspektif
yang bersifat historis dengan mempunyai dua dimensi global, pertama dimensi
Islam sejarah dan kedua dimensi Islam cita-cita. Jadi Al-Qur’an harus ditangkap
secara utuh dan mempertimbangkannya secara kritis latar belakang sosio-kultural
turunnya ayat. Apabila orang tidak dapat menangkap ini, maka kehilangan ruhnya
yang berarti dalam persoalan nilai praktis kemanusiaan dengan nilai kehidupan
kolektif. Disinilah yang dinamakan esensial moral kandungan al-qur’an mutlak
diselami terlebih dahulu seelum dengan tegas menetapkan kekuatan hukum atas
suatu permasalahan.muatan al-qur’an memang selain bernilai spesifik dan
menjawab problema sosio-kultural sesuai asbab an-nuzulnya, juga menjangkau daya
futuristic ke depan. Misalnya, Fazlur Rahman mencontohkan tentang kasus
perbudakan, yang tadinya sempat ditolelir oleh Islam, bahan dijadikan bebrapa
prasyarat sebagai penggantian “Fidyah” atas berlakunya pelanggaran terhadap
hukum. Namun secara bertahap perbudakan itu sendiri dihapuskan dalam nuansa
hukum islam dan tidak dibenarkan lagi memberlakukannya. Islam tidak seketika
menghapus perbudakan dalam kultur masyarakat jahiliyah, namun Islam menjadikan
sandaran “pembersihan” masalah itu dengan mengaitkannya kepada peneyelesaian
hukum, untuk menghilangkan perbudakan secara perlahan namun pasti.
Sebagai
penggerak dan juru bicara neomodernisme, Fazlur Rahman berusaha menyandarkan
pemikirannya kepada al-qur’an. Ini dilakukan secara concern, dan perjuangan
untuk melacak sedalam-dalamnya mengenai metodologi sistematis penafsiran
al-qur’an kontekstual, telah menempatkan ia sebagai orang yang paling
bertanggung jawab terhadap gagasan neomodernisme.
Dalam menuju
gambaran ini, kepercayaan pada satu Tuhan meruapakan puncak system kepercayaan
Islam yang diambil dari Al-qur’an. Dari kepercayaan ini menyusul kepercayaan
pada malaikat (ruh dari perintah) sebagai trasmitter pesan ilahi kepada
manusia. Kepercayaan kepada Nabi-nabi, yang merupakan penerima-penerima dan
pemelihara wahyu-wahyu ilahi (nabi Muhammad saw), kepada asli risalah para
Nabi, atau kitab-kitab dan kepada hari perhitungan.
C.
Modernisasi Metode Pendidikan
Pemikiran
Fazlur Rahman memang berbeda dari pemikiran produk sebelumnya, dalam masalah
pendidikan, ia termasuk tokoh yang bergelutpada bidang yang pusat-pusanya tentang
studi Islam di negara barat.
Setelah
mengamati dengan cermat tentang proses transformasi budaya pendidikan yang
berkembang di Barat, maka bagi umat Islam pilar-pilar pendidikan yang perlu
dikembangkannya selain mengacu kepada nilai-nilai modernisasi ilmu-ilmu
keislaman, juga diperlukan suatu terobosan menciptakan dinamika islamisasi
ilmu-ilmu kepada sesuatu yang baru mau diciptakan. Ini berarti kelemahan metode
pendidikan barat yang sudah diadopsi sedemikian rupa pada abad k-18 dan 19
perlu penyegaran konseptual.
Seluruh
hasil-hasil tradisi dalam pendidikan berarti kembali kepada nilai-nilai Islam
terutama al-Qur’an. Konteks yang mendasar, akar-akar moral al-qur’an masih
dianggap satu solusi efektif dalam memberi warna rekayasa pendidikan. Bobot
pendidikan yang ada selama ini disemua negara Islam ortodoks, maupun modern
secular sudah tererosi pendidikan barat. Kita tidak mungkin lagi menolaknya.
Jalan yang bisa menyelamatkan itu ‘mewarnai bidang-bidang kajian tingkat tinggi
dengan nilai-nilai Islam”. muatan moral al-qur’an bisa memberikan orientasi
atau arah baru terhadap hasil kajian keilmuan (sains). Misalnya konsekuensidan
penyelidikan yang dilakukan terhadap umat manusia, atau penerapan suatu
keilmuan perlu ditebak rekayasa-rekayasa akibat dari aktivitas itu.
Pemikiran
Fazlur Rahman mengenai modernisasi pendidikan Islam dalam merespon dan
memberikan solusi terhadap problema pendidikan Islam modern dari sisi
metodologi dapat menjadi alternatif bagi solusi kritis manusia modern dan akan
dapat menumbuhkan sikap komitmen yang mendasar terhadap Islam serta selalu
dipegangi oleh mayoritas umat islam dalam menghadapi tantangan dunia modern.
D.
Teori Gerak Ganda (Double Movement Theory)
Metodologi
penafsiaran al-qur’an sistematis yang ditawarkan Fazlur Rahman adalah melacak
akar pemahaman kandungan al-qur’an memiliki gerakan ganda. Dari situasi
kekinian ke masa al-qur’an, kemudian kembali lagi kemasa kini. Pertama orang
pasti memahami makna dari suatu pernyataan tertentu dan melihat situasi sejarah
atau persoalan yang kemudian diberi jawaban oleh al-qur’an. Langkah ini
menuntut adanya pemahaman yang utuh tentang makna al-qur’an, disamping juga
memahami terma-terma spesifik yang merupakan jawaban terhadap situasi situasi
spesifik. Langkah pertama itu, sebenarnya langsung mengandung langkah kedua.
Kedua pernyataan itu menggeneralisasikan jawaban-jawaban spesifik yang
didalamnya memberikan muatan pernyataan tujuan-tujuan moral-sosial yang umum
dan kemudian dapat disaring dari teks-teks spesifik dengan memperhatikan latar
belakang sosio-kultural.
Gerakan kedua,
dari masa al-qur’an ke masa kini mengandung makna bahwa prinsip-prinsip umumnya
diambilkan yang spesifik dan dirumuskan sesuai situasi yang direalisasikan
sekarang. Untuk melacak hal yang demikian, akan membuat nilai dan muatan
perintah-perintah al-qur’an itu menjadi efektif dan hidup. Kerja ini menurut
Fazlur Rahman, merupakan aktivitas intelektual yang secara teknis disebutnya
ijtihat. Dan tentu saja dengan demikianal-qur’an itu akan menjadi sumbu penggerak
kewahyuan yang terus menerus menyertai umat Islam, dan sekaligus, disinilah
komunikasi Tuhan dengan umat Islam akan hidup dan otomatis al-qur’an diperlukan
sepanjang zaman.
Metode
pemahaman al-qur’an melalui teori gerak ganda yang ditawarkan Fazlur Rahman
secara teoritis memang sangat bagus dan menjanjikan untuk memperoleh penafsiran
yang komprehensif, holistic, dan kontekstual di mana ia kemudian dapat
digunakan sebagai acuan dasar dalam memecahkan berbagai problema kekinian.
Dengan menerapkan metode ini diharapkan ajaran-ajaran al-qur’an dapat terus
hidup sepanjang masa karena senantiasa mendapatkan pemahaman yang segar dan
pada saat yang sama juga terhindar dari penafsiran yang berlebihan dan
artificial.
Akan tetapi
harus diakui bahwa dalam dataran praktisnya, pemahaman al-qur’an dengan cara
seperti ini menjadi suatu pekerjaan yang sangat berat dan hanya bisa dilakukan
oleh sebagian kecil orang (kelompok orang). Berbagai disiplin ilmu dibutuhkan
secara terpadu untuk mendapatkan pemahaman yang valid terhadap al-qur’an
beserta konteks sosio historisnya dan kemudian menerapkannya dalam konteks
kekinian. Singkatnya metode ini menjadi filosofis dan elitis hingga tidak mudah
membuat umat Islam pada umumnya untuk mengerti apalagi menerapkannya, kesulitan
mengkomunikasikan teori yang digagasnya ini kepada masyarakat umum tentu saja
menimbulkan kesenjangan antara dirinya dengan mereka, sehingga tidaklah
mengherankan bentuk-bentuk pemahamannya terhadap beberapa aspek ajaran Islam
mendapatkan reaksi negative dari masyarakat luas.
Berbeda dengan
teori gerak ganda, metode pemahaman, kususnya metode istinvat hukum, terhadap
teks-teks wahyu selama ini dipraktekkan para ulam dan yang kemudian diajarkan
secara luas dalam bentuk ilmu uhusl fiiqh jauh lebih udah dimengerti dan
diterapkan. Seorang penafsir al-qur’an, misalnya tidak perlu repot-repot
mencari dan memahami konteks sosio-historis munculnya hukuman potong bagi
pencuri karena sudah begitu jelas disebutkan dalam teks. Keseluruhan metode
pemahaman yang diterapkan ini memang tidak akan sampai merubah hukum potong
tangan tetapi justru lebih mengukuhkan dan memberikan bentuk yang kongkrit
serta definitive terhadapnya. Metode pemahaman al-qur’an seperti ini tentu saja
merupakan metode yang bersahaja dan karena kesahajaan itulah maka ia mudah
diterima, diserna, dan diterapkan umat Islam secara luas.
Kesimpulan
Al-Qur’an dan sunnah menurut Fazlur Rahman memuat pesan-pesan
universal. Namun pesan itu tidak mudah diterapkan, apabila orang tersebut tidak
memahami dengan cara perspektif yang sifatnya historis dengan mempunyai dua
dimensi global, pertama dimensi sejarah dan kedua dimensi islam cita-cita. Jadi
Al-qur’an harus dipahami secara utuh dan mempertimbangkannya secara kritis
latar belakang sosio kulturnya turunya ayat. Apabila orang dapat menagkap dan
memahami secara konteks ini, maka akan kehilangan ruhnya yang berarti dalam
persoalan nilai praktis kemanusiaan dengan nilai kehidupan kolektif. Disinilah yang dinamakan esensial moral
kandungan al-qur’an mutlak diselami terlebih dahulu sebelum dengan tegas
menetapkan kekuatan hukum atas suatu permasalahan. Muatan al-qur’an memang
selain bernilai spesifik dan menjawab problema sosio kultural sesuai asbabun
nuzulnya, juga menjangkau daya futuristic ke depan.
Sebagai penggerak
dan juru bicara neomodernisme, Fazlur Rahman berusha menyandarkan pemikirannya
kepada al-qur’an. Ini dilakukan secara concern, dan perjuangan untuk melacak
sedalam-dalamnya mengenai metodologi sistematis penafsiran al-qur’an
kontekstual, telah menempatkan ia sebagai orang yang paling bbertanggung jawab
terhadap gagasan neomodernisme.
Pemahaman al-qur’an
dan sunnah yang ditawarkan oleh Fazlur Rahman terletak pada apa yang dinakan
sebagai teori gerak ganda (double movement theory), yakni proses penafsiran
yang ditempuh melalui dua gerakan (langkah), dari situasi sekarang ke masa
al-qur’an diturunkan sembali lagi ke masa kini.
EmoticonEmoticon