PEMIKIRAN PENDIDIKAN K.H. AHMAD DAHLAN


Pendahuluan
K.H. Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh pendidikan islam yang terkenal. Ia hidup pada zaman Belanda.Ia hidup ditengah-tengah keluarga yang alim ilmu agama. Ahmad Dahlan adalah tokoh penting yang tidak mengeyam pendidikan formal, meski seperti itu ia gigih dalam belajar dan memperjuangkan pendidikan islam,sehingga ia mampu mendirikan suatu gerakan yang diberi nama  Muhammadiyah. Namun perjuangannya tidak hanya sampai disitu saja, ia terus menerus berupaya untuk memperbarui dunia pendidikan islam.
Oleh karena itu, dalam makalah yang sederhana ini,akan dibahas tentang biografi K.H.Ahmad Dahlan serta bagaimana pemikirannya tentang pendidikan.


Biografi  K.H. Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan lahir di Kauman (Yogyakarta) pada tahun 1886 dan meninggal pada tanggal 25 Februari 1923. Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar,seorang imam dan khatib masjid besar Kraton Yogyakarta.Sementara ibunya bernama Siti Aminah, putri K.H. Ibrahim yang pernah menjabat sebagai penghulu di Kraton Yogyakarta.
Semenjak kecil, Dahlan diasuh dan dididik sebagai putera kiyai. Pendidikan dasarnya dimulai dengan belajar membaca,menulis,mengaji Al-Quran,dan kitab-kitab agama. Pendidikan ini diperoleh langsung dari ayahnya. Menjelang dewasa, ia mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama kepada beberapa ulama besar waktu itu.Diantaranya K.H. Muhammad Saleh (ilmu fiqih), K.H. Muhsin (ilmu nahwu),K.H. R.Dahlan (ilmu falak), K.H. Mahfudz dan Syekh Khayyat Sattokh (ilmu hadits),Syekh Amin dan Sayyid Bakri (qiraat al-Quran),serta beberapa guru lainnya.Dengan data ini,tak heran jika dalam usia relatif muda,ia telah mampu menguasai berbagai disiplin ilmu keislaman. Ketajaman intelektualitasnya yang tinggi membuat Dahlan selalu merasa tidak puas dengan ilmu yang telah dipelajarinya dan terus berupaya untuk lebih mendalaminya.
Setelah beberapa waktu belajar dengan sejumlah guru, pada tahun 1890 Dahlan berangkat ke Mekkah untuk melanjutkan studinya dan bermukim di sana selama setahun. Merasa tidak puas dengan hasil kunjungannya yang pertama, maka pada tahun 1903, ia. berangkat lagi ke Mekkah dan menetap selama dua tahun. Ketika mukim yang kedua kali ini, ia banyak bertemu dan melakukan muzakkarah dengan sejumlah ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah. Di antara ulama tersebut adalah; Syekh Muhammad Khatib al-Minangkabawi, Kiyai Nawawi al-Banteni, Kiyai Mas Abdullah, dan Kiyai Faqih Kembang. Pada saat itu pula, Dahlan mulai berkenalan dengan ide-ide pembaharuan yang dilakukan melalui penganalisaan kitab-kitab yang dikarang oleh reformer Islam, seperti Ibn Taimiyah, Ibn Qoyyim al-Jauziyah, Muhammad bin Abd al-Wahab, Jamal-al-Din al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan lain sebagainya.
Melalui kitab-kitab yang dikarang oleh reformer Islam, telah membuka wawasan Dahlan tentang Universalitas Islam. Ide-ide tentang reinterpretasi Islam dengan gagasan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah mendapat perhatian khusus Dahlan
ketika itu.
Tidak berapa lama dari kepulangannya ke tanah air, K.H. Ahmad Dahlan menikah dengan Walidah binti Kiai Penghulu Haji Fadhil (terkenal dengan Nyai Ahmad Dahlan) yang mendampinginya sampai akhir hayat.
Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, K.H. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu, Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
Menurut cacatan sejarah, sebelumnya K.H. Ahmad Dahlan pernah kawin dengan Nyai ‘Abd Allah, janda dari H.‘Abd Allah. Ia juga pernah kawin dengan Nyai Rumu (bibi Prof. A. Kahar Muzakkir) adik penghulu ajengan penghulu Cianjur. Dan konon, ia juga pernah kawin dengan Nyai Solekhah, putri Kanjeng Penghulu M.Syafi’i adik Kiai Yasin Paku Alam Yogya.
Semenjak ayahnya wafat, K.H. Ahmad Dahlan diangkat sebagai pengganti ayahnya menjadi ketib Mesjid Agung Kauman Yogyakarta, karena dianggap memiliki persyaratan yang secara konvensional disepakati dikalangan masyarakat. Setelah menjadi abdi dalem, oleh teman seprofesinya dan para kiai, K.H. Ahmad Dahlan diberi gelar Ketib Amin (khatib yang dapat dipercaya). Disamping jabatan resmi itu, ia juga berdagang tekstil ke Surabaya, Jakarta bahkan sampai ke tanah seberang (Medan). Kendatipun sibuk dengan urusan bisnis, ia tetap menambah ilmu dengan mendatangi ulama serta memperhatikan keadaan umat Islam ditempat yang ia singgahi.[3]


Pemikirannya Tentang Pendidikan
Hampir seluruh pemikiran Dahlan berangkat dari keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan.Latar belakang situasi dan kondisi tersebut telah mengilhami munculnya ide pembaharuan pendidikan Dahlan.
Secara umum,ide-ide pembaharuan Dahlan dapat diklasifikasikan kepada dua dimensi,yaitu : pertama,berupaya memurnikan (purifikasi) ajaran islam dari khurafat,tahayul.dan bid’ah yang selama ini telah bercampur dalam aqidah dan ibadah umat islam. Kedua, mengajak umat islam untuk keluar dari jaring pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin islam dalam rumusan dan penjelasan yang dapat diterima oleh rasio.
Menurut Dahlan,upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola berfikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pelaksanaan pendidikan menurut Dahlan hendaknya didasarkan pada landasan yang kokoh.Landasan ini merupakan kerangka filosofis bagi merumuskan konsep dan tujuan ideal pendidikan islam, baik secara vertikal   (khalik) maupun horizontal (makhluk).
Menurut Dahlan pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur,alim dalam agama,luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan,serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat.
Materi pendidikan,menurut Dahlan adalah pengajaran al-Quran dan Hadits, membaca,menulis,berhitung,ilmu bumi dan menggambar.Materi al-Quran dan Hadits meliputi;ibadah persamaan derajat,fungsi perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya,musyawarah,pembuktian kebenaran al-Quran dan  Hadits menurut akal, kerjasama antara agama-kebudayaan-kemajuan peradaban,hukum kausalitas perubahan, nafsu dan kehendak, demokratisasi dan liberalisasi,  kemerdekaan berfikir, dinamika kehidupan dan peranan manusia didalamnya,dan akhlak.
Dalam tahun 1909 Dahlan masuk Budi Utomo dengan maksud memberikan pelajaran agama kepada anggota-anggotanya.Dengan jalan ini ia berharap akan dapat akhirnya memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah pemerintah,oleh sebab itu anggota-anggota Budi  Utomo itu pada umumnya bekerja di sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah dan juga di kantor-kantor pemerintah.
Pandangan Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan juga dapat dilihat pada kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah.Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan  dengan sistem pendidikan gubernemen.
Disamping mendirikan sekolah yang mengikuti model gubernemen,    Muhammadiyah dalam waktu singkat juga mendirikan sekolah yang lebih bersifat agama.Sekolah ini seperti madrasah diniyah di Minangkabau dimaksudkan untuk mengganti dan memperbaiki pengajian al-Quran yang tradisional.
Mulanya usaha memperkenalkan Muhammadiyah ke daerah Minangkabau memperoleh banyak tantangan dari pihak Sumatera Thawalib Padang Panjang yang dipengaruhi oleh orang-orang komunitas.
Dalam tahun 1927 Muhammadiyah mendirikan cabang-cabang di Bengkulu, Banjarmasin dan Amuntai,sedang pada tahun 1929 pengaruhnya tersebar ke Aceh dan Makasar.

Analisis
Sosok Ahmad Dahlan dalam pendidikan Islam,dia dapat dikatakan sebagai suatu “model” dari bangkitnya sebuah generasi yang merupakan “titik pusat” dari suatu pergerakan yang bangkit untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi golongan Islam yang berupa ketertinggalan dalam sistem pendidikan dan kejumudan paham agama Islam.
Gagasan pemikiran dari Ahmad Dahlan yaitu berorientasi pada pengembangan pemikiran tradisional dan pemurnian ajaran Islam melalui pendidikan. Dalam mendirikan organisasi Muhammadiyah gagasan pembangunan intelektual muslim dikembangkan melalui organisasi tersebut.
Melalui pemikiran dan pembaharuan beliau pendidikan Islam di Indonesia mendapat kemajuan,dan gagasan tersebut cocok diterapkan dalam membangun pendidikan Islam di Indonesia.
Ahmad Dahlan mendirikan Organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara,Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berfikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam.

Penutup
Dari pembahasan makalah diatas,maka dapat disimpulkan bahwa Ahmad Dahlan lahir di Kauman (Yogyakarta) pada tahun 1968 dan meninggal pada tanggal 25 Februari 1921. Ia berasal dari keluarga yang didaktis dan terkenal alim dalam ilmu agama. Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar, seorang imam dan khatib masjid besar Kraton Yogyakarta. Sementara ibunya bernama Siti Aminah, putri K.H. Ibrahim yang pernah menjabat sebagai penghulu di Kraton Yogyakarta.
Secara umum,ide-ide pembaharuan Dahlan dapat diklasifikasikan kepada dua dimensi,yaitu : pertama,berupaya memurnikan (purifikasi) ajaran islam dari khurafat,tahayul.dan bid’ah yang selama ini telah bercampur dalam aqidah dan ibadah umat islam. Kedua, mengajak umat islam untuk keluar dari jaring pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin islam dalam rumusan dan penjelasan yang dapat diterima oleh rasio.



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »