Transformasi Intelektual Dari Yunani, Romawi, Dan Persia Ke Dunia Islam - Proses transformasi terkait erat dengan sistem pendidikan Islam yang berlaku pada saat itu. Baik dari segi kelembagaan, materi, maupun metodenya. Kontak awal Islam dengan peradaban klasik terjadi karena proses perluasan wilayah. Adanya keterkaitan antara peradaban Barat dan peradaban Islam, dimana perkembangan Islam mengambil manfaat dari peradaban barat dan sebaliknya pada masa sesudahnya.
Penaklukan daerah-daerah dalam pemerintah Islam, sejak masa Khulafaur Rasyidin, Umar bin Khattab sampai pada masa Daulah bani Umayyah dan Bani Abbasyiah, banyak berpengaruh pada peradaban dan pendidikan Islam. Dan yang paling berharga dari penaklukan negara-negara tersebut adalah pengetahuan dari filsafat Yunani. Sejak itu dasar-dasar filsafat Yunani ikut memberikan pengaruh pada kemajuan pendidikan Islam.
Sejak terjadinya ekspansi Islam ke beberapa wilayah diluar Jazirah Arab, seperti Bizantium hingga Konstantinopel. Islam mulai berkenalan secara intensif dengan berbagai kultur yang ditemuinya. Kenyataan bahwa daerah-daerah baru tersebut telah memiliki akar dan tradisi intelektual serta kebudayaan yang tinggi telah mendorong perkembangan pengetahuan dalam ranah pemikiran Islam. Kebijakan untuk mempertahankan pusat-pusat pengetahuan dan budaya, yang umumnya memiliki tradisi kefilsafatan Yunani yang kuat menjadi jembatan terjadinya transformasi intelektual dari filsafat Yunani ke dalam tradisi intelektual Islam.
Transformasi intelektual Yunani ke dalam Islam mengambil bentuknya sendiri yang disesuaikan dengan ajaran Islam. Karena itu, beberapa hal ditafsirkan kembali dalam pemahaman yang Islami tanpa mencabut nilai dasar dari pemikiran induknya. Tradisi intelektual Islam adalah tradisi yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis sebagai pijakan epistomologisnya dan lebih bersifat naqly, dan bermuara pada tujuan meng-Esakan Allah sebagai asas ajaran Islam. Sementara tradisi Yunani berpijak pada logika rasional dan sangat dipengaruhi oleh mitologi dan politeisme.
Benih-benih proses transformasi dan perkembangan ini sebenarnya sudah mulai terlihat pada masa Bani Ummayah. Akan tetapi masa prosentasenya akan sangat kecil jika dibandingkan dengan masa puncaknya yang terjadi pada masa Daulah Abbasyiah. Hal ini di tunjukan dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan.
Berikut sebab-sebab perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa Dinasti Abbasyiah, diantaranya:
- Kontak antara Islam dan Persia menjadi jembatan berkembangnya ilmu pengetahuan dan fisafat karena secara kultural Persia banyak berperan dalam pengembangan tradisi keilmuan Yunani. Salah satu lembaga yang berperan dalam penyebaran tradisi helenistik di Persia adalah Akademi Jundishapur warisan kekaisaran Sassaniah. Selain Jundishapur, terdapat pusat-pusat ilmiah Persia lainnya yaitu, Salonika, Ctesiphon, dan Nishapur.
- Etos keilmuan khalifah-khalifah di zaman Abbasyiah tampak menonjol, terutama dua khalifah terkemuka, yaitu Harun Ar-Rasyid dan Al- Ma’mun, yang amat mencintai ilmu pengetahuan.
- Aktivitas penerjemahan literatur-literatur Yunani ke dalam bahasa Arab demikian besar dan ini didukung oleh khaifah, yang memberi imbalan yang besar terhadap para penterjemah.
- Relatif tidak adanya pembukaan daerah kekuasaan Islam dan pemberontakan pemberontakan, menyebabkan stabilitas negara terjamin. Hal ini membuat konsentrasi pemerintah dalam memajukan aspek sosial dan intelektual menemukan peluangnya.
- Adanya peradaban dan kebudayaan yang heterogen di Baghdad menimbulkan proses interaksi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.
- Situasi kota Baghdad yang kosmopolit dimana berbagai macam ras, suku, dan etnis serta masing-masing kulturnya yang berinteraksi satu sama lain, mendorong adanya pemecahan masalah dari pendekatan intelektual.
Pada dasarnya peradaban serta keilmuan Yunanilah yang paling menonjol dari proses transformasi ini. Melihat bagaimana penerjemahan besar-besaran yang terjadi pada masa Daulah Abbasyiah ini diibaratkan air banjir sungai yang besar jika dibandingkan dengan proses penerjemahan pada masa bani Umayah yang diibaratkan setetes air saja. Di sini hampir seluruh disiplin ilmu yang tidak dikenal dalam tradisi islam, diterjemahkan secara masal dengan cara mengubah para penerjemah dengan gaji yang sangat besar.
Jumlah karya Yunani yang diterjemahkan pada periode ini luar biasa. Pada bagian akhir abad kesembilan hampir semua karya yang diketahui dari musium-musium helenistik telah tersedia bagi ilmuwan-ilmuwan muslim.
Kekuatan moral spiritual religius yang lebih mendasar ditambah kekuatan saintifik intelektual yang lebih tajam, pengorganisasian yang lebih efektif dan efesien, dibawah kepemimpinan yang lebih berwibawa biasanya akan lebih unggul dalam proses saling mempengaruhi tadi.
EmoticonEmoticon