Pola Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah dan Khulafaur al-Rasyidin

       Pola Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah dan Khulafaur al-RasyidinKali ini kami sajikan bagaimana pendidikan Islam pada Zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, semoaga dengan cerita singkat ini bisa memberikan informasi tentang kehebatan Islam pada masa dulu.



a.      Abu Bakar as-shiddiq
            Dilihat dari sosial masyarakat yang ketika itu masih banyak yang belum berpihak pada pemerintahan dengan alasan diatas, Untuk itu Abu Bakar fokus menangani pemberontakan orang-orang murtad, pengaku Nabi dan pembangkang zakat. Hal ini menyebabkan pendidikan dimasa ini tidak banyak mengalami perubahan sejak masa Rosulullah SAW. Berkisar pada materi pendidikan seputar tauhid, akhlak, ibadah dan kesehatan.
Pendidikan tauhid (keimanan) ialah menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah. Pendidikan akhlak sebagaiman sopan santun bertetangga atau bergaul dalam masyarakat. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan sholat. Serta kesehatan seperti kebersihan dan gerak gerik sholat sarana didikan memperkuat jasmani dan rohani.
Mengenai bentuk lembaga pendidikan pada masa ini , Ahmad Syalabi menegaskan lembaga untuk belajar membaca dan menulis pada saat itu disebut kuttab. Disamping itu masjid juga berfungsi sebagai tempat belajar, ibadah dan musyawarah. Khusus  kuttab, merupakan pendidikan yang dibentuk setelah masjid. Selanjutnya dalam pendapat lain mengatakan bahwa kuttab didirikan oleh orang arab pada masa Abu Bakar. Sedangkan pusat pembelajaran pada masa kini ialah kota Madinah dan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat Rasulullah yang terdekat.
b.      Umar bin Khattab
            Pada masa khalifah umar bin Khattab, pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya, pola pendidikan masa ini mengalami perkembangan. Khalifah saat itu sering mengadakan penyuluhan (pendidikan) di kota Madinah. Beliau juga menerapkan pendidikan di Masjid-masjid dan mengangkat guru dari sahabat-sahabat untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan. Mereka bukan hanya bertugas mengajarkan al-Qur’an, akan tetapi juga dibidang fiqih.
Adapun tenaga pengajar sebagian besar adalah para sahabat yang senior, antara lain: Abdurrahman bin Ma’qal dan Imran bin al-Hasyim (di Bashrah), Abdurrahman bin Ghanam (di Syiria), Hasan bin Abi Jabalah (di Mesir). Adapun mata pelajaran yang diberikan meliputi membaca dan menulis al-Qur’an dan menghafalkannya serta belajar pokok-pokok agama Islam.
Namun, pendidikan pada masa Umar bin Khattab lebih maju daripada yang sebelumnya. Pada masa ini  tuntutan untuk belajar bahasa arab sudah mulai Nampak, orang yang masuk Islam dari daerah yyang ditaklukkan harus belajar dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa arab.
Berdasarkan hal tersebut, pelaksanaan pendidikan pada masa khalifah Umar bin Khattab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan aman. Hal ini karena disamping telah diterapkannya masjid sebagai pusat pendidikan juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari ilmu bahasa, menulis dan pokok ilmu-ilmu lainnya. Pendidikan dikelola di bawah pengaturan Gubernur yang berkuasa saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal, dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukkan dan dari baitulmal.
c.       Utsman bin Affan
            Pola pendidikan tidak jauh berbeda dengan pola pendidikan yang diterapkan pada masa Umar. Hanya saja pada periode ini para sahabat yang asalnya dilarang untuk keluar dari kota Madinah kecuali mendapatkan izin dari khalifah, mereka diperkenankan untuk keluar dan menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Dengan kebijakan ini, maka orang yang menuntut ilmu tidak merasa kesulitan untuk belajar ke Madinah.
Khalifah Utsman sudah merasa cukup dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun begitu ada satu usaha yang cemerlang telah terjadi dimasa ini yang disumbangkan untuk umat Islam. Hal ini sangat berpengaruh luar biasa bagi pendidikan Islam yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat al-Qur’an. Penyalinan ini terjadi karena perselisihan dalam bacaan al-Qur’an. Berdasarkan hal tersebut, khalifah Utsman memerintahkan tim yang dipimpin Zaid nbin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Zaid bin Ash dan Abdurrahman bin Harits. Apabila terjadi pertikaian bacaan maka harus diambil pedoman kepada dialek suku Quraisy, sebab al-Qur’an diturunkan dengan lisan Quraisy. Zaid bin Tsabit bukan orang Quraisy sedangkan ketiganya orang Quraisy.
               Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa Utsman diserahkan padaumat itu sendiri artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah.
d.      Ali ibnu Abi Tholib
            Masa  enam tahun ini situasi pemerintahan tidak stabil, masa ini mendapat hambatan karena khalifah sendiri tidak sempat untuk memikirkannya. Dengan demikian berarti pola pendidikannya tidak jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnuya.
Melihat uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan masa Abu Bakar as-Shidiq (632-634 M) tidak jauh berbeda dengan masa Rasulullah,   dengan   guru-guru   dari  para   sahabat   terdekat   Rasulullah   dan   tidak   digaji   . Masa  Umar  bin   Khattab   (634-644  M) bertempat   di  mesjid   dan  kuttab.   Materi yang diajarkan;  baca tulis  al-Quran, dasar-dasar   agama Islam,   tafsir, fikih,   sastra,   astronomi, dan    kedokteran.     Sudah    ada   pendidikan tinggi  di  mesjid.    Guru   disebut    dengan   syaikh, asistennya   disebut  naib,     dengan   urutan:   syaikh,  naib,  muid,     dan  mufid.    Ia   diangkat   oleh negara,   dan   digaji   (Nizar,   2007: 47, dan Basri:39).   Dan   pada   masa   Umar-lah   permulaan dijadikannya hari  jumat sebagai  hari libur   mingguan untuk  persiapan shalat  jum’at  
                        Pada    masa  Usman      bin   Affan    (644-656    M),    pendidikan    diserahkan    kepada masyarakat, negara sibuk menyusun mushaf, guru tidak digaji. dan masih bertempat di mesjid dan  kuttab.   Pada   masa   Ali   bin Abi   Thalib   (656-661  M),   pendidikan   kurang   mendapatkan perhatian karena sering terjadi konflik 


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »