Pengertian pendidikan sebagai ilmu
dari beberapa tokoh sebagai berikut :
Carter
V. Good (1985: 36)
Ilmu pendidikan adalah suatu bangunan pengetahuan
sistematis yang mencakup aspek-aspek kuatitatif dan objektif dari proses
belajar, dan juga menggunakan instrument secara seksama dalam mengaukan
hipotesis-hipotesis pendidikan untuk diuji berdasarkan pengalaman yang sering
kali dalam bentuk eksperimen
Driyarkarya
(1980: 66-67)
Ilmu pendidikan adalah pemikiran pemikiran ilmiah,
yakni pemikiran yang bersifat kritis, memiliki metode, dan tersusun secara
sistematis tentang pendidikan. Kritis berarti orang menerima suatu pengetahuan
atas dasar penelaahan berdasarkan argument yang kuat.
Imam
Barnadib (187: 7)
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membicarakan
masalah-masalah umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak. Pendidikan
memiliki teoritis dan praktis. Bercorak teoritis artinya bersifat normative
atau menunjukan standar nilai tertentu. Sedangkan bercorak praktis maksudnya
bagaimana pendidikan harus dilaksanakan[1].
1. Ilmu pendidikan sebagai Ilmu Normatif
Pendidikan
adalah “upaya normatif”; “upaya normatif adalah jalan, strategi, atau taktik
untuk mencapai suatu tujuan yang bila ditelaah dari segi nilai hidup manusia
dapat diterima. Tujuan pendidikan adalah terjadinya tingkat perkembangan yang
normatif lebih baik pada subyek-didik[2]
Ilmu pendidikan
tidak terlepas dari eksistensi manusia, yang senantiasa berkaitan dengan
nilai-nilai yang bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat, dan pandangan
hidup dan juga norma agama
Nilai-nilai ini
tidak diperoleh hanya dari praktik dan pengalaman mendidik, tetapi secara
normatif bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat, dan pandangan hidup,
bahkan juga dari keyakinan agama yang dianut oleh seseorang.[3]
ilmu pendidikan diarahkan kepada
perbuatan mendidik yang punya tujuan, dan tujuan itu ditentukan oleh nilai yang
dijunjung tinggi oleh seseorang. Sedangkan nilai itu sendiri merupakan ukuran
yang bersifat normative, sehingga dapat ditegaskan bahwa ilmu pendidikan adalah
ilmu yang bersifat normative.
2. Ilmu Pendidikan sebagai Ilmu teoritis
dan Praktis
Untuk mendalami kajian, diperulakn suatu
teori (ilmi teoritis) agara dapat dijadikan landasan mencari kebenaran melalui
praktik (ilmu praktis), sehingga hasil yang didapat merupakan kajian yang
sistematis, terarah, dan empirik. Suatu kawasan studi dapat diakategorikan
disiplin ilmu jika memenuhi syarat berikut :
a. Memiliki Objek Material dan Objek Formal
Objek
material ilmu pendidikan berupa perilaku manusia. Apabila objek material suatu
ilmu memiliki kesamaan dengan objek material ilmu lain, untuk membedakannya
diperlukan objek formal dari ilmu tersebut, yang menjadi sudut pandang tertentu
yang menentukan macam suatu ilmu. Objek formal ilmu pendidikan adalah berupa
penelaahan fenomena pendidikan dalam perspektif yang luas dan integratif.
b. Memiliki sistematika
Secara teoritis,
sistematika ilmu pendidikan dapat dibedakan ke dalam tiga tinjauan, yaitu :
1) Pendidikan sebagai fenomena manusiawi
Pendidikan
sebagai fenomena manusia dianalisis berdasarkan proses atau situasi
pendidikannya, yaitu ketika terjadi interaksi anatar komponen (tujuan, peserta
didik, pendidik, alat, dan lingkungan) pendidikan dalam mencapai tujuan.
2) Pendidikan sebagai upaya sadar
Sebagai
upaya untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia[4].
3) Pendidikan sebagai gejala manusiawi dan
upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian
Hal ini sejalan dengan pemikiran
Mochtar Buchori bahwa ilmu pendidikan memiliki tiga dimensi, yaitu :
·
Dimensi
lingkungan, meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
luar sekolah
·
Dimensi
jenis persoalan, yang meliputi persoalan teoritis, struktur, dan praktis
·
Dimensi
ruang dan waktu, yakni menganalisis masalah pendidikan yang dihadapi masyarakat
di masa sekarang,di masa lampau dan yang akan datang.[5]
[1] Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarka:
Ar-Ruzz media, 2006), hal.24-25
[2] Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori
Pendidikan, (Jogjakarta: Rake Sarasin P. O. Box 1083, 1993), hal. 71
[3] Achmad Munib, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Semarang: UPT MKK
UNES, 2009), hal.34
[4] Wiji Suwarno, op.cit
hal.25-30
EmoticonEmoticon